4. When Bocah Meets Om-om

24.6K 3.2K 36
                                    

"Benar yang ini rumahnya, Mel?" tanya Tyas seraya menengok ke sana ke mari mencoba mencocokkan alamat yang dimilikinya dengan rumah yang ada di hadapannya.

"Ya benar lah, masa Kak Airin bohong?"

Seketika Tyas langsung menyentil pelan dahi Melisa. "Maksud gue kita nyasar atau enggak," sungutnya.

"Kaga kok, Yas. Jalan Melati nomor 19 kan? Ini Jalan Melati, tuh nomor rumahnya nomor 19." Melisa menunjuk pada angka besar di tembok dekat pintu rumah yang sedang mereka bicarakan.

Tyas juga tahu akan hal itu, tapi yang membuatnya ragu adalah suasana di rumah ini yang begitu tenang seolah tak ada acara lamaran. "Sepi banget soalnya, Mel, gak kayak ada acara," gumam Tyas. Kemarin dia merias klien yang mau merayakan pesta pertambahan usia yang ke tujuh belas saja di rumahnya ramai sekali.

"Ya kan ini masih jam berapa, Yas. Belom pada kumpul kali." Melisa kemudian melepas helmnya, membawa tas perlengkapan make upnya dan berjalan mendekati pagar. "Assalamualaikum. Permisi!" seru Melisa sambil menekan tombol bel di samping pagar.

Pintu rumah kemudian dibuka menampilkan sosok wanita berhijab dari dalam. "Wa'alaikumsalam, cari siapa ya?" tanyanya.

"Maaf, Mbak, kami dari tim Make You Up mau ketemu Mbak Kamalia. Benar rumahnya di sini?" jawab Melisa.

Wanita itu mengangguk mengiyakan. "Oh iya, betul. Ada keperluan apa ya?"

"Kami yang bertugas jadi perias untuk beliau hari ini, Mbak."

"Ah, periasnya Mbak Lia. Mari masuk." Gadis itu lantas membuka lebar pagar gerbang untuk Melisa dan Tyas. "Motornya di parkir di dalam saja sekalian," ujarnya.

Mengangguk, Melisa lantas memberikan tasnya pada Tyas. "Lu masuk duluan, gue pindahin motor dulu," titahnya.

Tyas mengangguk kemudian mengikuti langkah wanita di depannya. "Mbak ini yang namanya Mbak Lia? Di fotonya kemarin kayaknya gak berhijab, Mbak. Apa itu foto lama ya?" tanya Tyas.

Wanita itu tertawa dan menggeleng. "Bukan. Saya Livia, adiknya Mbak Lia." Gadis itu kemudian mengulurkan tangannya yang langsung disambut dengan Tyas.

Oh adiknya. Pantas saja mirip, gumam Tyas dalam hati.

Begitu sampai di ruang tamu, Livia mempersilakan Tyas untuk duduk  "Saya panggilin Mbak Lia dulu ya. Kamu mau minum apa?" tanyanya.

"Apa saja yang tidak merepotkan," jawab Tyas.

Livia mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Tyas di ruang tamu. Sambil menunggu Melisa yang masih memarkir motornya, Tyas memperhatikan sekeliling. Tepatnya pada beberapa pigura yang terpajang apik di dinding.

"Ooh, mereka tiga bersaudara," gumam Tyas pelan.

"Dor!"

Tyas berjengit kaget saat Melisa mengagetkannya.

"Kurang ajar!" hardiknya langsung pada Melisa yang tertawa tanpa dosa.

"Lagian bengong aja, lagi lihat apaan sih lu?"

"Itu gue─"

"Oh kalian sudah datang." Belum selesai Tyas bicara untuk menunjukkan pada Melisa apa yang sedang dilihatnya, Lia sudah keburu datang.

"Siang, Mbak," sapa mereka berdua seraya menyalami Lia.

"Siang. Naik apa ke sini? Susah gak cari alamatnya?" tanya Lia berbasa-basi.

"Naik motor, Mbak. Enggak kok, kita kan udah sering wara-wiri cari alamat," jawab Melisa santai. Mereka kemudian terlibat percakapan ringan sambil menikmati es teh manis dan kue bolu yang dibawakan Livia bersama ibunya yang baru selesai masak dari dapur.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang