17. Lebih Dari Teman

16.6K 2.1K 17
                                    

Kaget, bingung, speechless, semua jadi satu saat Tyas mengetahui ke mana Leo membawanya pergi.

"Tunggu, kamu nih betul-betul gak waras ya?" sergah Tyas saat Leo mengajaknya masuk ke dalam sebuah butik.

"Kenapa sih? Apa yang salah dari fitting baju, Tyas?" tanya Leo balik

"Ya memang gak salah, tapi masalahnya kenapa saya harus ikutan fitting baju buat nikahannya Mbak Lia? Saya kan bukan bagian dari anggota keluarga kamu." Sumpah! Tyas kesal setengah mati sama Leo. Gak ada pemberitahuan atau omongan apa-apa sebelumnya, eh tahu-tahu Tyas disuruh ikutan fitting baju buat pernikahan Lia.

Leo hanya tersenyum mendengarnya. Tanpa mau memperpanjang perdebatan mereka, Leo menarik tangan Tyas untuk membawanya masuk ke dalam.

"Itu Mas Leo, Bu," ujar Livia saat melihat Leo datang. "Halo, Yas," sapanya kemudian saat melihat Tyas.

Tyas tersenyum kikuk pada Livia yang kemudian menyalaminya. "Hai, Liv," sapanya balik. Tak lupa kemudian Tyas juga menyalami ibunya Leo beserta Lia.

"Langsung diukur aja ya, Yas," ujar Lia. "Mbak Ayu, ini satu lagi. Nanti buat dia warnanya disamain kayak si Livia ya," pesan Lia kemudian pada Ayu─sepupunya─ yang menangani pesanan gaun pernikahannya.

Ayu mengacungkan ibu jarinya pertanda oke. "Ini pacar lu ya, Le? Kira gue lu berencana jadi bujang lapuk," ledek Ayu pada Leo.

"Ganteng begini mana mungkin jadi bujang lapuk, Mbak," sahut Leo membuat Tyas memutar bola matanya malas. Kalau aja gak ada keluarganya, pingin banget Tyas sumpal mulut makhluk satu itu.

Sementara Tyas dan Livia dibawa Ayu dan Lia untuk melakukan fitting, Leo memilih untuk duduk di samping ibunya sambil main handphone. "Ibu udah fitting-nya?" tanyanya dan ibunya mengangguk sebagai jawaban.

"Hmm... Ayah pulangnya kapan ya, Bu?" tanya Leo lagi.

"Insyaallah minggu depan sudah di Jakarta."

Leo mengangguk paham.

"Le, kamu pacaran sama Tyas?"

Leo sedikit kaget saat ibunya bertanya seperti itu, tetapi kemudian ia menggeleng. "Saat ini sih enggak, Bu. Kenapa memangnya?"

Hani tersenyum seraya menepuk lembut pundak putranya. "Yang penting jangan dipermainkan ya perasaannya. Kalau kamu nyaman, pertahankan. Namun kalau enggak, ya lepaskan aja," pesannya.

Leo mengangguk mengerti. "Iya, Bu, tenang aja." Leo tahu kapan harus pergi dan kapan harus bertahan. Kali ini, Leo akan bertahan.

***

"Modusnya si Leo ini mah pasti. Tyas diajakin jadi pendamping pengiring pengantin dulu ntar abis itu baru diajakin jadi pendamping hidup deh."

Tyas hanya bisa senyum-senyum canggung saat Ayu acap kali menggodanya perihal kedekatannya dengan Leo. Lia dan Livia juga bukannya membantu Tyas untuk mengelak, malah mengompori.

"Emang tuh, Mbak, si Leo. Waktu itu bilangnya sama gue berasa pacaran sama adik sendiri soalnya Tyas kan seumuran Livia, eh ujungnya digebet juga nih si Tyas," sahut Lia.

"Mas Leo kan emang suka gitu, Mbak. Lain di mulut lain di hati," timpal Livia.

Tyas hanya bisa menyunggingkan senyum kikuk padahal dalam hatinya Tyas menggerutu. Kurang ajar! Leo ngomongin apaan aja sih tentang gue ke keluarganya? Ck!

Tadinya setelah fitting selesai Tyas mau pamit pulang sendiri saja soalnya Tyas tahu Leo kan pasti harus membawa keluarganya pulang bersamanya. Daripada mereka repot mengantar Tyas dulu baru kemudian pulang, lebih baik Tyas yang pulang sendiri saja. Namun semua itu hanya menjadi wacana semata karena kenyataannya kini Tyas malah ikut pulang bersama keluarga Leo.

"Tyas mampir dulu yuk, Tante ada lumpia di rumah. Kita makan bareng-bareng."

Mana mungkin Tyas bisa menolak ajakan ibunya Leo itu. Bukan karena tergiur dengan iming-iming lumpia, tapi Tyas merasa tak enak hati jika harus menolaknya sebab keluarga Leo sudah sangat baik padanya.

"Ayo, Tyas, silakan dimakan."

Begitu sampai di rumah, Hani langsung membuatkan anak-anaknya lumpia goreng isi makaroni, daging asap, saus dan mayones. Mereka kemudian makan bersama di ruang tamu ditemani es teh manis.

"Le, ini lu benar ya gak mau ngundang teman-teman lu ke nikahan gue? List undangan mau gue fix-in nih," ujar Lia sembari mengunyah lumpia yang baru diambilnya dari piring sementara tangannya yang lain memainkan ponsel pintarnya.

Leo mengangguk dengan yakin. "Iya. Lu yang nikah, ngapain gue yang ngundang teman-teman gue? Nanti aja mereka mah gue undang kalau gue yang nikah."

Lia mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Ya biasanya kan gitu, Le, saudaranya pengantin juga ikut ngundang-ngundang."

Leo menggelengkan kepalanya. "Gak usah ah. Ntar menang banyak lu dapet amplop dari temen-temen gue."

"Kampret!"

Tyas hanya diam saja menyimak pembicaraan kakak-beradik itu. Dalam hati ia berpikir, jika Leo saja tidak mengundang teman-temannya ke pernikahan Lia, kenapa Leo mengundangnya bahkan menjadikannya pengiring pengantin? Apa itu artinya Leo menganggapnya lebih dari teman? Tyas menggelengkan kepalanya pelan. Enggak, enggak, ini orang pasti ada maunya, batin Tyas seraya melirik ke arah Leo.

***

To be continue

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang