20. Unjuk Rasa

18.4K 2.3K 43
                                    

"Kalau menurut gue, si abang-abang ganteng itu─"

"Namanya Leo," potong Tyas langsung. "Risih gue dengar kata 'abang-abang ganteng'," lanjutnya kemudian.

Melisa mengibaskan tangannya di udara. "Ya, ya, oke ulang. Kalau menurut gue si Leo itu memang suka beneran deh, Yas, sama lu. Udah sih, Yas, terima aja. Ganteng pula orangnya."

Tyas mendelik menatap Melisa. "Ganteng mulu yang lu sebut. Lu tuh ya gak bisa lihat cowok ganteng dikit deh," omelnya. Tyas jadi menyesal menceritakan pada Melisa perihal dirinya dengan Leo karena sekarang Melisa malah jadi semangat banget menjodoh-jodohkan Tyas dengan Leo.

"Ya namanya manusia," kekeh Melisa. "Eh, Yas, gue lapar deh. Makan dulu, yuk?"

Tyas mengangguk mengiyakan. "Mau makan di kantin atau makan─"

"Sama saya."

Baik Tyas maupun Melisa sama-sama menoleh pada suara lelaki yang tiba-tiba saja ikut menyahut obrolan mereka. Begitu melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka, keduanya sama-sama kaget.

"Kamu! Ngapain kamu disini?" tanya Tyas pada Leo yang sudah menyunggingkan senyum lebarnya menatap Tyas.

"Jemput kamu. Kan semalam saya udah bilang kalau besok siang saya mau jemput kamu," jawabnya santai. "Saya kan juga udah bilang jangan coba-coba kabur," imbuhnya. Dari tatapan matanya Leo seolah tengah mencurigai Tyas yang kabur darinya dengan cara pergi ke kampus tanpa bilang-bilang terlebih dahulu.

"Siapa yang kabur sih?" sangkal Tyas langsung. Tapi kali ini kenyataannya Tyas memang tidak bermaksud untuk kabur. Hari ini Tyas memang sudah ada rencana pergi ke kampus untuk mengambil beberapa hard copy materi untuk pelatihan. Gak mungkin juga kan Tyas harus menunggu sampai Leo datang menjemputnya dulu di rumah?

"Terus kenapa gak ngasih tahu saya kalau kamu ke kampus?" tanya Leo.

"Apa gunanya juga saya kasih tahu kamu kegiatan saya? Kamu bukan Pak RT. Jadi, saya gak punya kewajiban buat lapor sama kamu."

Leo melipat kedua tangannya di depan dada. Memperhatikan Tyas sebelum kemudian memalingkan pandangannya pada Melisa. "Teman kamu ini memang mulutnya pedas banget gini ya?" tanyanya pada Melisa yang sebenarnya berupa sindiran untuk Tyas.

Melisa langsung tertawa mendengarnya. "Tyas mah mrmang gitu, Mas, orangnya. Kalau sama orang yang dia anggap udah dekat sama dia justru malah lebih sering dia jutekin, tapi di hatinya mah sebenarnya peduli."

Tyas langsung mencubit pinggang Melisa karena perkataan Melisa yang sembarangan itu. "Sejak kapan gue kayak begitu?" protesnya.

"Aduh, duh!" Melisa sontak kesakitan karena cubitan Tyas. Melihat itu, Tyas pun langsung meminta maaf dan mengusap pinggang Melisa yang tadi dicubitnya.

"Nah, ini apa buktinya?" tanya Melisa balik sambil mengedipkan matanya pada Tyas

Menyadari bahwa Melisa mengerjainya, Tyas langsung menarik tangannya. "Resek lu, Mel!"

Leo mengulum senyumnya melihat tingkah Tyas. Dia sendiri juga tahu Tyas ini tipe-tipe wanita yang mulutnya ketus tapi hatinya tulus. Tipe perempuan yang susah untuk didapatkan tetapi akan membuatmu menyesal kalau sampai melewatkannya.

"Ngapain kamu senyum-senyum?!" hardik Tyas juga pada Leo.

"Lah? Memangnya ada larangan buat senyum? Senyum kan ibadah, Tyas," sahut Leo.

"Terserah!" jawab Tyas ketus. "Ayo, Mel, cabut," ajaknya pada Melisa namun Melisa menggelengkan kepalanya.

"Cowok lu udah jemput ke sini, Yas. Nasa lu tinggalin sih?" ujar Melisa.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang