"Makasih ya, Di, sudah menyempatkan datang," ujar Hasan saat Andi dan Jena hendak pamit pulang.
"Sama-sama, San, saya juga terima kasih sudah diundang."
"Nanti di lain kesempatan kita harus atur waktu untuk ketemu lagi. Sekalian persiapan, mana tahu kita jadi besan."
Andi tertawa mendengar pernyataan Hasan, namun ia juga tak menampiknya. "Boleh, boleh, bisa kita bicarakan nanti. Sekarang kau fokus saja lah dulu duduk di pelaminan," gurau Andi. "Saya dan istri pamit dulu ya," lanjutnya. Keduanya kemudian berjabat tangan dan berpelukan singkat sebelum Andi dan Jena turun dari pelaminan.
"Leo, Om dan Tante pamit pulang dulu ya," pamit Andi pada Leo yang memang sudah tersenyum padanya.
"Iya, Om, hati-hati di jalan ya. Ehm, Tyas ikut pulang sama Om dan Tante atau gimana?"
Sejenak Andi dan Jena saling berpandangan sebelum akhirnya memberikan jawaban pada Leo. "Gak apa-apa biar Tyas disini dulu aja. Om titip anak Om ya," jawab Andi yang membuat Leo tersenyum sumringah.
"Siap, Om!"
"Tapi... kok Om gak lihat Tyas ya? Cuma tadi aja pas baru datang," ujar Andi seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Tadi sih sepupu saya lihat Tyas ke ruang rias, Om. Mungkin lagi istirahat. Apa mau saya panggilkan?" tawar Leo. Sebenarnya daritadi juga Leo mau panggil Tyas tapi terinterupsi terus. Maklum lah Leo kan ketua panitia jadi perlu koordinasi terus dengan pihak WO, ditambah lagi hari ini keluarga besarnya juga datang semua. Jadi ya Leo harus kesana-kemari. Selain itu Leo juga berpikir mungkin Tyas sedikit kurang nyaman berada di ruang lingkup di mana banyak orang yang tidak dikenalnya. Jadi, Leo pikir mungkin Tyas perlu waktu untuk rehat sejenak.
Andi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, menolak halus tawaran Leo. "Gak usah, gak apa-apa. Sampaikan aja Om dan Tante pulang duluan. Kami pamit dulu ya."
"Iya, Om, Tante, hati-hati di jalan."
***
Di dalam salah satu bilik toilet, Tyas menumpahkan air matanya. Dibekapnya mulutnya dengan kedua tangannya, berusaha sebisa mungkin agar isak tangisnya tidak terdengar keluar.
Apa ini? Perasaan aneh apa yang dirasakannya ini sampai membuat dadanya terasa sesak? Mengapa tubuhnya sangat bergetar? Kenapa juga Tyas harus menangis sampai seperti ini?
Dipejamkan kedua matanya seraya mengatur napasnya perlahan. Menyeimbangkan emosinya sampai ia merasa lebih tenang. Tyas kemudian membuka kembali matanya. Setelah menimang-nimang cukup lama, akhirnya gadis itu pun memutuskan sesuatu.
Dengan tekad penuh, Tyas menghapus air matanya dan melangkahkan kakinya keluar dari toilet. Tyas berjalan menuju ruang rias. Menghapus riasannya juga mengganti bajunya.
"Loh? Mbak kok sudah ganti baju?" tegur seorang wanita yang merupakan salah satu dari tim perias pengantin yang kebetulan tadi merias Tyas dan Livia.
Tyas tersenyum kecil. "Iya, Bu, saya harus pamit duluan soalnya ada urusan lain," jawabnya berdusta.
Tanpa mengetahui kalau Tyas berbohong, wanita itu pun hanya mengangguk saja. "Biar saya bantu bereskan ya, Mbak," ujarnya seraya membantu Tyas melipat rok lilit selagi gadis itu melipat kebayanya.
"Ah, iya, makasih banyak, Bu."
"Ini mau dibawa pulang ya bajunya? Tadi kayaknya saya lihat ada plastik deh. Sebentar ya, saya cari—"
"Eh, tidak usah, Bu," sergah Tyas langsung sebelum wanita itu mencarikan kantung plastik untuknya. "Ehm, saya boleh minta tolong, Bu?" tanyanya kemudian.
"Tolong apa, Mbak?"
"Baju ini bukan punya saya. Saya titip sama Ibu ya, nanti kalau sudah selesai acaranya tolong kasihkan sama adiknya pengantin. Cewek, berhijab, pakai kebaya persis warnanya kayak gini. Yang tadi Ibu rias juga kok orangnya." Sebenarnya Lia memberikan baju ini untuk Tyas, tapi Tyas merasa tak bisa menerimanya. Untuk itu ia memutuskan untuk mengembalikannya.
Wanita itu mengangguk menyanggupi permintaan Tyas. "Baik, nanti saya sampaikan."
Tyas tersenyum seraya mengenakan tas ransel yang berisi barang-barangnya. "Terima kasih banyak, Bu. Saya permisi dulu ya," pamitnya kemudian yang langsung keluar lewat pintu darurat bertuliskan 'EXIT' di dekat ruang rias.
Maaf ya Om, Tante, Lia, Livia. Maaf kalau Tyas gak sopan pergi di tengah-tengah acara, tapi Tyas benar-benar gak bisa berada di antara kalian lagi, lirihnya dalam hati seiring dengan langkah kakinya yang terus menjauh.
***
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...