Tyas mendongak saat merasakan sesuatu yang dingin menempel di dahinya. Rupanya, itu berasal dari Leo yang menempelkan sekaleng soft drink ke dahi Tyas.
"Bosen ya?" tanya Leo.
Tyas hanya mendelik dan mencibir. "Udah tahu pakai nanya," gumamnya pelan namun masih terdengar jelas oleh Leo.
Leo tersenyum kemudian membuka kaleng soft drink itu. "Nih, minum dulu. Jangan marah-marah terus nanti cepat tua," ujarnya seraya duduk di bangku yang kosong di samping Tyas.
Dengan malas Tyas mengambil minuman yang Leo berikan lalu meminumnya. Lumayan untuk menghilangkan dahaganya setelah tadi keliling-keliling lihat bazar make up ditambah lagi harus menunggu Leo selesai pemotretan.
"Masih lama ya memangnya?" tanya Tyas setelah meminum beberapa tegukan untuk membasahi tenggorokannya.
"Bentar lagi, kok."
"Saya pulang duluan aja deh ya."
Leo langsung menggelengkan kepalanya. "Jangan lah. Tante Jena tahunya kamu pergi sama saya."
"Ya tinggal bilang kamu ada urusan. Gitu aja ribet deh."
Leo berdecak pelan. "Bukan soal ribet atau nggak. Ini soal tangung jawab saya ke kamu, Tyas."
Tyas langsung menyipitkan matanya mendengar perkataan Leo. "Tanggung jawab?" ulangnya. "Apaan sih berlebihan banget. Saya udah gede. Pulang sendiri juga gak bakal nyasar."
Leo mengambil napas dalam-dalam. Kenapa sih ini cewek batu banget? gumamnya dalam hati. "Kamu ada urusan lain memangnya? Ada janji mau ketemu sama orang?" tanya Leo dan Tyas menggelengkan kepalanya. "Ya kalau gitu apa susahnya tunggu saya sebentar lagi sih, Yas?"
"Kenapa juga saya harus nunggu kamu?" tanya Tyas balik. "To be honest, sampai sekarang saya masih gak ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini ke saya. Kita bukan teman lama untuk bisa seakrab itu. Mending kamu jujur aja deh, apa yang kamu mau dari saya?"
Leo terkejut mendengar apa yang dikatakan Tyas. "Segitu curiganya kamu sama saya, Yas?"
"Iya," jawab Tyas dengan cepat bahkan Leo melihat gadis itu seperti tidak memikirkan ucapannya terlebih dahulu.
"Memang selama ini saya pernah melakukan hal yang enggak-enggak ke kamu?" tanya Leo sambil menatap Tyas lurus-lurus.
Ditatap seperti itu oleh Leo membuat Tyas merasa salah tingkah dan langsung membuang pandangannya ke arah lain. "Ya sekarang sih enggak, tapi kan tetap aja kamu orang asing buat saya," jawab Tyas sambil menjauhkan sedikit posisi duduknya. Bukan apa-apa, Tyas takut Leo bisa mendengar suara degup jantungnya yang berlebihan.
"Kita kan sudah beberapa kali ketemu. Sudah sering berkomunikasi juga. Saya harus apa lagi supaya kamu gak menganggap saya orang asing?"
Tyas bisa merasakan nada frustasi dari Leo, tapi Tyas juga gak tahu jawabannya. Tyas hanya terlalu takut untuk percaya pada Leo yang baru dikenalnya. Bagaimana Tyas bisa menaruh rasa percaya pada seseorang yang baru dikenalnya? Sedangkan orang yang sudah lama ia kenal saja bisa membohonginya. Tyas merasa tidak memiliki alasan sama sekali untuk bisa mempercayai Leo.
"Kamu sebegininya mau mengenal saya, apa jangan-jangan kamu jadiin saya bahan taruhan?"
Leo ternganga mendengar pertanyaan Tyas. Ia pikir Tyas akan luluh dan berhenti mencurigainya tapi ternyata gadis di hadapannya ini memang benar-benar memiliki defense yang begitu kuat.
"Apa kamu bilang? Taruhan? Ck! Tyas, kamu nih kebanyakan nonton sinetron apa gimana sih?"
"Ya siapa tahu aja kan? Di dunia ini gak ada orang yang benar-benar baik. Apalagi tiba-tiba baik kayak kamu gini. Apa coba namanya kalau gak punya maksud terselubung?"
What the hell? Ini cewek! Leo rasanya ingin menjambak rambutnya sendiri. Ya oke mungkin Tyas benar Leo punya maksud terselubung untuk mendekati Tyas, tapi kan setidaknya Leo tidak bermaksud jahat pada gadis itu. Atau mungkin memang cara Leo yang salah? Mungkinkah Leo terlalu tergesa-gesa? Haruskah ia memberi jarak pada Tyas?
"Ya udah terserah kamu aja, Yas. Kamu mau pulang sendiri kan tadi? Ya udah silakan. Saya antar kamu sampai depan ya."
Kali ini Tyas yang terkejut mendengar Leo membiarkannya pergi begitu saja. Kenapa pria ini tidak menahannya lagi? Apa karena Leo tidak bisa menjawab pertanyaannya, itu sebabnya Leo ingin Tyas pergi saja? Jadi benar Leo mencoba mendekatinya karena pria itu menginginkan hal lain darinya bukan karena Leo tulus ingin mengenal dan berteman dengannya? Sialan! maki Tyas dalam hati. Ia merasa benar-benar marah. Marah pada Leo, juga pada dirinya sendiri yang sempat-sempatnya berdebar karena Leo.
Tangan Leo yang hendak menggamit lengan Tyas untuk mengajaknya berdiri langsung ditepis dengan kasar oleh Tyas. "Gak perlu," ucap Tyas dengan nada sinis. "Kamu gak usah pakai topeng sok baik lagi di hadapan saya. Ternyata benar ya, semua cowok brengsek!" hardik Tyas kemudian bangkit berdiri dan hendak berlalu pergi namun langkahnya tertahan karena Leo menarik lengannya.
"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?" tanya Leo yang tidak terima jika Tyas menganggapnya lelaki brengsek. "Kalau kamu bilang semua cowok brengsek, apa Papa kamu juga termasuk? Beliau cowok juga kan?"
Tyas terdiam. Leo pikir diamnya Tyas karena gadis itu menyadari kesalahannya dalam berucap, tapi apa yang Tyas katakan selanjutnya justru sama sekali tak disangka-sangka oleh Leo.
"Iya, dia juga brengsek!" tandas Tyas kemudian pergi berlalu meninggalkan Leo yang terheran-heran menatap punggungnya yang kian menjauh.
Tyas... what's wrong with you? batin Leo.
***
To be continue
==========================
Tidak mudah menghilangkan bekas luka di hati seseorang. Beberapa diantaranya bahkan sudah menjelma jadi benci.
Much love,
Asty K.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...