Sejak pertengkaran yang terjadi di antara Tyas dan Leo, Tyas mulai menjauh dari Leo secara terang-terangan. Chat maupun telepon dari Leo tak pernah dihiraunya. Bahkan seolah tahu kalau di hari libur Leo akan datang ke rumahnya, Tyas sudah bersiap untuk menghindar dengan pergi dari rumah pagi-pagi sekali. Pada Jena dan papanya, Tyas beralasan ada job merias dan karena tempatnya jauh jadi ia harus berangkat pagi.
"Ooh gitu ya, Tante." Leo mendesah kecewa saat mendapati Tyas tidak ada di rumah. Ia cukup peka untuk memahami bahwa saat ini Tyas tengah menghindarinya. Tapi masalahnya adalah mau sampai berapa lama mereka begini? Oke, ini memang aneh tapi entah mengapa Leo merasa ia tidak bisa jauh dari Tyas, terlebih berjauhan dalam keadaan bertengkar seperti ini.
"Memangnya Tyas gak bilang sama kamu, nak?" tanya Jena.
Leo meringis seraya menggelengkan kepalanya, "Enggak, Tante."
Jena tersenyum mafhum. Melihat dari tingkah Tyas yang belakangan ini jadi lebih sering murung, sepertinya Jena cukup mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang terjadi diantara mereka. "Kalian bertengkar ya?" tanyanya to the point membuat Leo sedikit berjengit kaget.
"Ehm, ada salah paham dikit aja sih, Tante."
Jena menepuk-nepuk lembut bahu Leo. "Apa pun yang terjadi, Tante mohon jangan kamu lukai Tyas. Dia sudah banyak terluka selama ini. Tante minta dengan sangat sama kamu, Leo, kalau kamu memang serius ingin bersama Tyas maka jagalah dia. Jangan buat dia menangis kecuali karena bahagia. Tapi jika kamu tidak serius dengannya, detik ini juga Tante minta kamu jauhi Tyas."
Leo terdiam sesaat. Memperhatikan sorot kesungguhan di mata Jena. Sorot mata seorang ibu yang tak ingin anak gadisnya terluka. "Iya, Tante, saya serius sama Tyas." Entah mendapat dorongan darimana Leo berani untuk mengatakan hal itu, tapi satu hal yang pasti adalah tidak ada keraguan dalam diri Leo saat mengatakannya.
"Makasih, nak Leo." Jena sedikit menunduk seraya mengerjap-ngerjapkan matanya untuk mencegah agar air matanya tidak turun. Ia terharu karena pada akhirnya ada sosok yang ia yakini akan mampu meluluhkan kerasnya hati Tyas. Melihat dari sikap Leo selama ini, Jena percaya bahwa Leo akan mampu menjaga Tyas.
"Sebentar ya." Jena kemudian masuk ke dalam rumah sementara Leo menunggunya di luar dengan bingung.
Tak sampai sepuluh menit, Jena kembali dengan membawa ponselnya. "Boleh Tante minta nomor handphone kamu nak?" tanyanya.
Leo mengangguk dan menyebutkan satu persatu nomor ponselnya. Setelah Jena menyimpan nomor Leo, ponsel Leo bergetar menandakan ada pesan masuk.
"Itu nomor Tante," ujar Jena.
Leo mengangguk dan hendak menyimpan nomor Jena, tapi ia mengerutkan dahinya bingung tatkala membaca pesan yang Jena kirimkan. Kalau hanya tes kontak, kenapa Jena mengirimkannya alamat? "Maaf, Tante, tapi ini alamat apa ya?" tanya Leo.
"Itu alamat rumah Melisa."
Singkat, padat, jelas, dan Leo tentu tahu pasti apa maksud Jena memberitahu alamat tempat tinggal Melisa kepadanya. "Makasih, Tante. Kalau gitu saya pamit dulu."
Jena tersenyum dan mengangguk. "Hati-hati," pesannya saat Leo mengecup punggung tangannya.
***
Seolah telah diatur oleh semesta, Leo tiba di depan pagar rumah Melisa tepat saat Tyas dan Melisa keluar. Mereka sepertinya baru mau pergi bersama. Keduanya tampak bingung melihat sebuah mobil yang berhenti di depan pagar rumah Melisa.
Awalnya Tyas juga penasaran siapa tamu yang sepertinya hendak berkunjung ke kediaman Melisa. Namun begitu sang pengemudi mobil itu keluar, Tyas refleks sembunyi di balik tubuh Melisa. Kok dia bisa di sini sih? gerutunya dalam hati. Tyas benar-benar gak tahu harus berbuat apa. Mau kabur, tapi udah ketahuan. Gak kabur, tapi Tyas juga belum siap menghadapi Leo. Jadinya ya begini lah, Tyas cuma bisa salah tingkah gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...