Sebenarnya Tyas penasaran sekali kemana Leo akan membawanya pergi. Namun, gengsinya yang terlalu besar menahan mulutnya untuk tetap bungkam.
"Kamu udah makan belum? Nanti kita pesan lewat drive-thru aja ya biar sekalian jalan."
Tyas tetap diam. Terserah Leo mau bicara apa, Tyas sudah bertekad untuk tetap teguh menjunjung mode silent-nya.
"Kalau kamu diam aja saya anggap setuju loh, Yas."
Tyas tetap bergeming.
Leo menghela napas pasrah. Ini Tyas pernah bikin mannequein challenge apa ya? Jago banget diamnya, gumam Leo dalam hati.
"Yas, ngomong dong. Kalau kamu gak mau, kita langsung jalan aja nih gak mampir dulu." Leo masih mencoba berusaha.
Tyas tetap diam. Menit demi menit berlalu tanpa adanya tanda-tanda kalau Tyas akan bersuara. Pada akhirnya Leo memilih pilihannya sendiri untuk mampir memesan makanan lewat drive-thru. Terserah nanti Tyas mau makan atau enggak, yang penting Leo jaga-jaga dulu aja.
"Nih, Yas, makan dulu." Leo memberikan sebungkus paper bag berisi burger dan kentang untuk Tyas.
"Yas, ayo dong diambil. Mobil di belakang udah nungguin tuh," ujar Leo lagi karena Tyas tak kunjung meresponnya.
Dengan berat hati akhirnya Tyas mengambil paper bag yang Leo berikan dan meletakkannya di atas pangkuannya. Leo tersenyum kemudian kali ini ia menyodorkan botol air mineral pada gadis itu. "Nih minumnya," ujar Leo. Tyas sempat melirik Leo sekilas sebelum kemudian mengambil botol air mineral dari tangan Leo dan kembali membuang muka menghadap jendela di sampingnya.
Usai dari drive-thru, Leo menghentikan mobilnya di tepi jalan yang cukup sepi. "Makan dulu," titah Leo seraya membuka burger miliknya dan mulai melahapnya.
"Kalau ujung-ujungnya berhenti juga kenapa tadi gak sekalian aja makan di tempat," cibir Tyas.
Leo tersenyum. Akhirnya Tyas bersuara juga setelah sekian lama Leo berasa ngomong sama patung. "Sengaja," jawab Leo santai membuat Tyas mendelik menatapnya. "Biar bisa berduaan aja sama kamu," lanjutnya kemudian membuat Tyas dengan cepat memalingkan wajahnya.
"Makan, Tyas. Saya gak bakal jalan kalau kamu belum makan."
"Kenapa sih kamu selalu maksa?" tanya Tyas kesal.
"Saya gak akan maksa kalau kamu gak keras kepala."
Tyas terdiam.
"Makan, Tyas. Apa perlu saya yang suapin?" tegas Leo.
Mau tidak mau akhirnya Tyas memakan makanannya sebab sejauh yang Tyas rasakan selama bersama Leo, pria itu memang tidak akan berhenti sebelum Tyas menurutinya.
Leo tersenyum karena pada akhirnya Tyas mau makan. Diperhatikannya lekat-lekat wajah Tyas.
"Apapun yang terjadi, Tante mohon jangan kamu lukai Tyas. Dia sudah banyak terluka selama ini."
Tiba-tiba saja Leo teringat dengan kata-kata Jena. Luka apa sebenarnya yang Jena maksud? Apa karena luka itu Tyas jadi gadis yang keras kepala dan curiga berlebihan terhadap orang yang berusaha mendekatinya?
"... saya serius sama Tyas."
Disamping itu Leo juga teringat akan pernyataannya yang sudah ia ucapkan di depan Jena. Entah mendapat keberanian dari mana sampai Leo bisa berkata seperti itu. Namu,n Leo paham betul kalau dirinya mengucapkan itu bukan untuk main-main ataupun hanya demi menyenangkan Jena.
"Saya minta maaf karena tempo hari biarin kamu pulang sendiri," ujar Leo membuat kunyahan di mulut Tyas berhenti. "Tapi saya gak akan minta maaf untuk hal yang lainnya, Yas," lanjutnya lagi membuat Tyas menoleh ke arahnya.
"Gak usah minta maaf kalau gak niat," sahut Tyas.
"Bukannya saya gak niat, Yas, tapi saya cuma mau minta maaf untuk kesalahan yang saya buat. Iya, saya salah membiarkan kamu pergi, tapi semua tuduhan negatif kamu ke saya kan gak benar. Buat apa saya minta maaf untuk itu? Nanti kamu malah mengira kalau saya memang orang yang seperti itu."
Tyas bergeming. Ada benarnya juga memang apa yang dikatakan Leo.
"Yas, saya gak pernah sekalipun ada niatan buruk sama kamu. Saya benar-benar ingin mengenal kamu. Kalaupun ada hal lain yang saya inginkan adalah saya ingin tahu kenapa kamu bersikap sangat defense seperti ini. Jadi, singkirkan semua prasangka buruk kamu tentang saya Tyas, karena saya memang gak seburuk itu. Kamu bisa percaya sama saya."
Tyas tetap dengan diamnya namun pikirannya saat ini berkecamuk. Bisakah ia percaya pada lelaki yang baru dikenalnya sedangkan lelaki yang bersamanya sejak ia lahir saja masih bisa membohonginya.
"Tuh kamu selalu gini deh, Yas," desah Leo pelan. "Kamu sibuk sama pikiran kamu sendiri. Kalau memang ada yang mengganjal di hati kamu, utarakan."
Tyas menarik napas dalam-dalam. Ia juga ingin bisa seperti itu, tapi entah kenapa rasanya tidak bisa. "Saya gak ekspresif," jawabnya. Atau mungkin lebih tepatnya sudah tidak ekspresif lagi. Sebab dulu Tyas pernah jadi gadis ceria sebelum kini dirinya dipenuhi rasa curiga.
Melihat sorot mata Tyas, Leo lebih dari cukup untuk mengerti kalau gadis ini sepertinya memang menyimpan banyak kesedihan. Tapi, semua orang berhak bahagia kan? Setidaknya jika di masa lalunya Tyas menerima banyak luka dan kesedihan, Leo ingin saat ini Tyas dapat merasakan kebahagiaan. "Ya udah seenggaknya jangan diam saja kalau saya nanya, oke?"
Lelaki ini... kenapa dia harus sampai seperti ini? Kenapa Leo harus peduli padanya? Kenapa Leo harus memporak-porandakan perasaannya? Membuat goyah benteng pertahanan yang telah ia bangun selama ini. "Gak janji," jawab Tyas singkat.
Leo mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gak apa-apa, gak usah janji. Jalani saja. Toh yang pernah janji bakal selalu sama-sama ujungnya hidup sendiri-sendiri juga."
Tyas menaikkan sebelah alisnya menatap Leo. "Itu bisa dikategorikan curhat terselubung gak sih?" sindirnya.
Leo tertawa dan mengacak rambut Tyas gemas. "Kayak gini terus ya, Yas. Saya lebih suka kamu debat daripada kamu abaikan."
Tyas langsung membuang pandangannya ke arah lain. Aduh, ini apaan sih? Rambutnya yang diacak kok jadi hatinya yang berantakan?
***
To be continue
==============================
Kan adem tuh ya kalo akur gitu😍
Happy reading!
Much love,
Asty K
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...