Author's POV
Ax berdiri di depan pintu dengan seringaian licik. "Halo, Ko."
Kahuko memandang Ax tak percaya. "Ax, apa yang kau lakukan?!"
Ax tertawa jahat. Carissa menelan ludah. Pria yang baru saja tadi pagi dia temui itu selalu menampilkan senyuman bersahabat, tawa renyah yang khas, tapi mendadak dalam satu malam langsung berubah menjadi seseorang yang sama sekali tidak Carissa kenal. Senyuman liciknya, tatapan angkuhnya pada Kahuko, sudah memberikan penjelasan tersendiri apa yang sedang terjadi.
Carissa hidup di sarang orang munafik. Dia tidak habis pikir sebenarnya ada berapa orang munafik di dunia ini? Kenapa tidak ada habisnya?
Ax mendekati mereka. Kahuko menatapnya tajam. "Kau mengkhianatiku?"
Ax berdiri satu jengkal di hadapan Kahuko. Pria itu membalas tatapan tajam Kahuko dengan tatapan mengintimidasi. "Aku tidak mau harus selalu mengurus agen-agen itu, Ko. Aku ingin jadi satu diantara mereka."
"Kenapa kau tidak katakan padaku, hah?! Jangan bermain di belakang seperti ini!" seru Kahuko dengan nada bergetar.
Ax mendorong Kahuko kasar. "Aku sudah pernah bilang padamu! Dan kau hanya menjadikan itu sebagai candaan! Kau menyebalkan!"
Ax berjalan menghampiri Kahuko. Dia tersenyum miring. "Sepuluh tahun aku bekerja untukmu. Aku membantumu membangun tempat ini. Tapi kau sama sekali tak pernah mengangkatku menjadi agen! Aku tidak suka berurusan dengan masalah mereka. Aku tidak suka menyambut agen baru. Aku ingin menjadi ketua para agen!"
"Aku bergabung dengan El. Sama seperti kau yang mengirimkan mata-mata untuknya, aku menjadi mata-mata di sini untuknya."
Kahuko menatap Ax jeri. Tangannya terkepal. Rahangnya mengeras. Tidak disangka orang yang telah menjadi sahabatnya sejak lama itu berubah menjadi momok. Ax melirik ke Carissa dan Zen. Carissa menegang. Zen balas menatapnya tajam.
"Aku tidak peduli dengan mereka. Mereka bukan urusanku sekali pun El menginginkannya. Aku sudah mendapat izin dari El untuk memusnahkan tempat ini. Aku punya urusan denganmu. Hari ini, semuanya akan berakhir, Ko."
"Kau yang akan berakhir."
Ax meraih pedang tersembunyi di balik jubah hitamnya. Kahuko menatap Al. Al melemparkan sebuah tabung kayu berukuran sepuluh senti pada Kahuko. Tepat ketika tongkat kayu itu berada di genggamannya, Kahuko menarik salah satu ujungnya, membuat sebuah bilah pedang teracung. Carissa dan Zen terkejut.
"Pergilah, Al! Sekarang!"
Ax menyerang, Kahuko dengan sigap menghindar. Ax tidak peduli dengan kehadiran enam remaja itu. Dia hanya sedang punya urusan dengan seorang laki-laki bernama Kahuko. Al langsung memimpin kelima temannya untuk lari. Namun ternyata di luar keadaannya lebih buruk lagi.
Di luar sana, pertempuran telah pecah sejak tadi.
Ketika pintu ruang makan terbuka, seorang agen dengan jaket berbodiran huruf M terhempas ke arah mereka. Namun beruntung agen itu berhasil melakukan salto diudara dan mendarat mulus tepat di hadapan Al. Tanpa banyak bicara lagi, agen itu langsung berlari, menaiki piringan putih, dan melesat menghajar orang-orang berpakaian hitam dengan senjata api. Orang-orang berpakaian hitam itu sangat banyak. Mereka merajai piringan-piringan putih dan menembakkan senjata api dengan brutal.
"Ikuti aku!"
Al menembus keriuhan dengan berlari. Ve, De, Carissa, dan Zen mengikuti di belakangnya. Mata mereka tetap awas menatap sekitar. Moncong-moncong senapan itu tidak akan pilih kasih kepada siapa dia akan memuntahkan pelurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost City
Science Fiction⚠⚠ ATTENTION ⚠⚠ Sekuel STAND UP. Disarankan membaca STAND UP lebih dulu. Aku berpikir setelah wakil wali kota bermuka dua bernama Roynald itu mati, Lungsod, kotaku benar-benar telah aman. Namun ternyata tidak begitu. Seorang pria yang mengaku sebaga...