Rasanya Carissa baru tidur sebentar ketika Al sudah menarik selimutnya dan memaksanya untuk bangun. Tadi malam, dia baru tidur tepat tengah malam. Masih teringat jelas di benak Carissa bagaimana cerita dan kacaunya Javera tadi malam. Tapi tampaknya laki-laki itu hari ini baik-baik saja. Wajahnya bahkan terlihat lebih segar, sama sekali tidak ada jejak kesedihan di sana. Seolah tadi malam bukan Javera di depannya ini yang sedang bercerita. Carissa sekarang sadar bahwa Javera benar-benar pintar menyembunyikannya.
Robert mengajak ketiga remaja itu sarapan di gazebo samping rumah bersama Sam yang membuat kecanggungan tercipta di antara mereka.
"Siapa mereka?" tanya Sam datar melihat rumahnya kedatangan tamu tak dikenalnya.
"Oh, ini teman-temanku. Mereka sedang menggunjungiku dan ingin bertemu denganmu juga," kata Robert sambil menuangkan teh hangat ke cangkir di depan Sam. Al, Carisa, dan Javera melemparkan senyuman pada Sam yang justru di balas dengan tatapan dingin tak semangat. Al mengigit pelan roti bakar selai coklat di depannya. Dia melirik Carissa, seolah memberi tatapan bertanya. Carissa yang merasa di tatap balas melirik Al dan hanya bisa mengangkat bahunya pelan.
Mereka harus apa?
"Mencariku?"
"Iya, Sam. Robert bercerita pada kami bahwa kau orang yang menyenangkan," kata Javera ramah.
Sam menatap Javera. "Oh ya? Apa kau suka catur?"
Javera mengangguk. "Sangat suka. Aku paling ahli diantara teman-temanku."
Sam terkekeh. Robert yang disampingnya menatap Sam dan Javera tak percaya. Untuk pertama kalinya Robert melihat Sam begitu cepat berbaur dengan orang lain.
"Tolong jangan senang dulu, Nak. Pria tua ini paling ahli di seluruh kota."
Javera ikut tertawa. "Wah, wah, bagaimana bisa? Padahal kau ini temanku, Sam."
Sam tertawa. "Kau menyenangkan. Siapa namamu?"
"Aku Javera. Dan ini kedua temanku, Carissa dan Al."
Carissa dan Al yang sejak tadi tertegun menatap keakraban Sam dan Javera menoleh pada Sam dan sedikit menundukkan kepala memberi hormat.
"Mereka tidak menyenangkan sepertimu...siapa tadi??"
"Javera."
"Ah, iya Javera."
Al mencondongkan tubuh pada Carissa dan berbisik, "Kau tahu, pria ini jujur sekali."
Carissa menyenggol tangan Al. "Diamlah!"
Beberapa menit berikutnya, Sam sepertinya benar-benar tertarik untuk membahas apa pun dengan Javera. Hanya sesekali Robert ikut bergabung. Tapi tidak untuk Al dan Carissa. Al seperti tidak tertarik dengan pembicaraan yang menurutnya sangat tak penting. Berbicara tentang berapa daun yang gugur pada pohon maple di samping rumah? Oh, Al tidak habis pikir kenapa Javera sangat antusias membahasnya. Berbeda dengan Carissa yang hanya diam karena dia tahu apa yang sedang Javera lakukan. Laki-laki itu berpengalaman.
Sarapan telah selesai dan Robert mulai membersihkan piring-piring bekas dan membawanya ke dalam. Awalnya Carissa ingin membantu tapi Robert bersikeras untuk menolak. Dan yang lebih parah lagi, Javera mendadak pamit ke kamar mandi, menyisakan Sam yang sedang duduk diam sambil mengetuk-etuk meja bersama Carissa dan Al yang menahan ketegangan. Carissa dan Al saling berpandangan tanpa bersuara.
Sekarang, apa yang harus mereka lakukan?
Detik seakan menjadi menit dan menit menjelma menjadi jam. Carissa menatap Sam khawatir. Pria itu tidak lagi mengetuk-etuk meja tapi pria itu menerawang jauh dengan pandangan kosong. Hanya soal waktu sampai....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost City
Science Fiction⚠⚠ ATTENTION ⚠⚠ Sekuel STAND UP. Disarankan membaca STAND UP lebih dulu. Aku berpikir setelah wakil wali kota bermuka dua bernama Roynald itu mati, Lungsod, kotaku benar-benar telah aman. Namun ternyata tidak begitu. Seorang pria yang mengaku sebaga...