Part 33

2K 410 35
                                    

HALOOO!!! ADA YANG MASIH INGET CERITA INI?? HEHEHEHEH....

Maaf yaa baru bisa update sejak terakhir Februari lalu :"

____

Carissa tidak tahu lagi harus mengatakan apa pada Javera. Kilatan kecewa yang terpancar dari matanya sudah cukup menjelaskan semuanya.

"Javera....,"

Suara parau Carissa yang memanggil namanya membuat perasaan Javera benar-benar hancur. Ini lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Dia sama sekali tidak berani menatap Carissa.

"Kau menghianati kami?" kata-kata itu akhirnya meluncur dari bibir Carissa.

Javera menatap Carissa. "Tidak!" Namun kemudian dia terdiam. Dia membuang napas dan kembali memalingkan wajahnya. "Di awalnya iya."

Tubuh Carissa lemas. Orang yang selama ini Carissa percayai sebagai teman baik, bahkan dia selalu membela Javera ketika Zen selalu punya pikiran negatif pada Javera, ternyata menyimpan sesuatu di baliknya. Dia tidak seperti Zen yang terlalu awas. Bahkan ketika awal pertemuan mereka di pulau mafia itu, Carissa menerima kehadiran Javera dengan senang hati. Javera adalah teman di kampusnya. Jadi Carissa sama sekali tidak punya pikiran negatif soal itu.

"Sejak awal aku kuliah di univertias kita, itu pun hanya karena kamu. Alasan aku sering pergi itu karena aku harus membantu ayahku. Aku bukan seorang traveller yang sering kau dengar. Aku memang mengenal banyak tempat, tapi apa yang selalu aku ceritakan aku mengunjungi tempat ini dan itu adalah sebuah kebohongan."

Carissa menatap Javera tak percaya. Fakta lain telah mengejutkannya. Entah mengapa dada Carissa terasa sesak. Matanya berkaca-kaca. "Apa masalahmu padaku, Jav?"

"Itu bukan aku. Itu semua adalah ayahku. Seseorang yang telah menghancurkan kotamu, Roynlad Vreedy, ayahku menanam modal padanya. Dan dia bilang kau menghancurkan semuanya. Dia ingin balas dendam padamu."

Tubuh Carissa menegang. Di luar sana, tanpa dia tahu, ternyata permasalahan hari itu belum tuntas seutuhnya. Bagaimana jika di belahan dunia lain juga ada orang yang mengincarnya? Carissa frustasi.

"Maaf, Carissa, aku tidak bermaksud untuk membuatmu khawatir. Aku hanya bercerita yang sejujurnya," lanjut Javera pelan melihat wajah Carissa yang pias. Javera berjalan pelan mendekati Carissa tapi Carissa mundur. Javera berhenti.

"Jangan mendekat padaku!"

Javera mundur.. Untuk pertama kalinya Javera mendapat tatapan tajam dari Carissa. "Lalu soal cerita kau dan kakakmu itu, kau berbohong?!"

Javera diam sejenak. Dia menghela napas panjang. "Itu benar. Aku tidak berbohong soal itu. Aku tidak punya arahan hidup lagi, Cariss. Ibu dan kakakku meninggal. Aku tidak punya siapa pun lagi kecuali ayahku. Aku tidak punya kekuatan lagi untuk memberontak ayahku. Aku mengikuti semua permintaannya. Sampai aku bertemu kamu, aku tahu seharusnya aku punya pilihan.

"Tunggu, jadi ketika aku kerumah kakek dan nenekmu, itu bukan kakek dan nenekmu?"

Javera menggeleng. "Aku tidak pernah tahu kakek dan nenekku, Carissa."

Carissa menahan napas. Ada banyak kebohongan yang telah Javera katakan padanya dan dia dengan semudah itu menelannya mentah-mentah.

"Cukup sudah, Jav. Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa padamu," kata Carissa pasrah. Dia berbalik badan memunggungi Javera. Javera menatap Carissa. Dia tahu Carissa pasti sangat kecewa. Jika ada perasaan yang bisa menggambarkan perasaan lebih dari sangat kecewa, mungkin itulah perasaan Carissa. Tapi cepat atau lambat Carissa pasti akan mengetahuinya. Dan sebelum gadis itu mengetahuinya sendiri, akan lebih baik jika dia yang mengaku. Walau sejujurnya tidak ada yang lebih baik diantara keduanya.

The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang