Semua urusan tentang Bruise dan ayahnya sudah selesai. Tapi Al masih tidak percaya tentang perkataan Javera pada Bruise.
"Kau sungguhan akan membayari biaya perawatan Sam?"
Mereka berenam kembali menuju hotel. Sebenarnya mereka sudah meminta Javera untuk tidak mengantarkan mereka, tapi Javera bersikeras untuk mengantarkan mereka. Katanya dia ingin sedikit lebih lama bersama mereka mengingat dia tidak ada kerjaan apa-apa di rumah kakeknya.
Javera mengangguk samar. "Aku punya cukup uang dan kakekku pasti setuju tentang ini. Sepertinya kakek juga punya beberapa kenalan dokter jiwa..kurasa. Itu biar menjadi urusanku, kau tidak perlu pusing memikirkannya."
Al hanya bergumam. Sisa perjalanan mereka dihabiskan dengan membahas hal yang tidak penting dan pengalaman Zen, Ve, dan De menghabiskan satu malam mereka digudang dengan tangan terikat. Bangunan hotel kapsul mereka sudah terlihat beberapa meter lagi ketika Carissa berhenti mendadak. Wajahnya pucat pasi. Tangannya meraba-raba saku yang ada dicelananya berulang kali, memaksa tangannya merogoh lebih dalam saku celanaanya dan tidak menemukan apa-apa di sana.
"Hei ada apa?" tanya Zen ikut bingung melihat tingkah panik Carissa.
Carissa memandang keempat temannya bergantian. "Circlesec-nya hilang."
JDAR! Bagai tersambar petir, keempat teman Carissa diam membeku menatap Carissa tak percaya. Carissa menggigit bibirnya kuat-kuat. Dia berusaha mengingat kembali kapan terakhir dia menggunakan circlesec sehingga membuat circlesec itu tidak ada di sakunya.
Carissa teringat kemarin malam. Ketika tiba-tiba Javera bangun dan mengangetkannya, dia spontan langusng menyembunyikkan circlesec-nya di balik selimut. Dan setelah itu Carissa tidak mengingatnya lagi. Astaga! Kalau begini urusannya bisa panjang.
"Kau jangan bercanda, Carissa," kata Al menatap Carissa tajam. Carissa meremas ujung bajunya. Bagaimana ini?!
"Hei, hei, apa kalian mencari ini?" tanya Javera sambil menunjukkan sebuah benda yang langsung dikenali kelimanya sebagai circlesec. "Apa ini...apa...circle apaa itulah yang kalian cari?"
Mereka mendelik. "Bagaimana bisa ada padamu?!" tanya Ve kaget.
"Aku menemukan ini di bawah sofa ketika aku kamar mandi setelah sarapan. Aku pikir ini hanya peta biasa."
Zen, Ve, Al, dan De menatap Carissa. Carissa menatap Javera tak percaya. "Kenapa tidak kau berikan padaku?"
Javera balas menatap Carissa bingung. "Aku tidak tahu kalau ini punyamu, Cariss, walau sepertinya sudah kuduga ini antara punyamu aatau Al. Lagi pula kau juga tidak mencari benda ini. Jadi benda ini sangat penting?"
Carissa diam. Kali ini tatapan Javera serius menatap kelima temannya. "Aku rasa kalian tidak sedang liburan."
***
Dengan pertimbangan dan perdebatan yang cukup sengit, Al akhirnya 'sedikit' bercerita tentang apa yang sedang mereka lakukan. Hanya membahas yang sekiranya perlu tanpa membocorkan apa itu Dark Mortal Argency dan sesuatu yang lain yang krusial.
Javera menatap kelima temannya tak percaya. "Jadi kalian....astaga!"
Javera benar-benar kehabisan kata-kata. Jadi selama ini dia dibohongi oleh lima teman barunya yang ternyata sedang dalam sebuah misi.
"Sekarang berikan kami keuntungan karena sudah memberitahumu," tanya Zen sedikit dengan nada sinis.
Carissa menyikut Zen. Itu sangat tidak sopan mengingat Javera sudah sangat membantu mereka.
Javera garuk-garuk kepala. "Aku hanya manusia biasa, Kawan. Tapi sebenarnya...." Javera mengambil peta digital dari dalam sakunya. "Aku sudah berusaha mencari tempatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost City
Science Fiction⚠⚠ ATTENTION ⚠⚠ Sekuel STAND UP. Disarankan membaca STAND UP lebih dulu. Aku berpikir setelah wakil wali kota bermuka dua bernama Roynald itu mati, Lungsod, kotaku benar-benar telah aman. Namun ternyata tidak begitu. Seorang pria yang mengaku sebaga...