Part 23

3.5K 614 27
                                    

"Carissa!"

"Hei! Ini sudah pukul 7! Ayo sarapan!"

"Hmmm...."

"Cariss!!"

Aku terpaksa membuka mataku ketika pintu kapsulku digedor cukup keras. Wajah jengkel Ve menyapaku ketika aku membuka pintu.

"Kau ini.... Hampir setengah jam aku membangunkanmu. Cepat siap-siap, seperitnya para cowok sudah menunggu kita."

Aku bergumam pelan, tidak segera bergerak. Pandanganku rasanya kabur. Kepalaku pusing. Sepertinya ini efek aku tidak segera tidur tadi malam. Aku pernah seperti itu. Sudah beraktivitas berat, tapi malamnya tidak bisa tidur. Alhasil aku baru tidur pukul dua pagi dan itu sudah cukup membuat aku tidak bisa bangun lebih pagi. Atau aku akan berakhir seperti ini, dunia seperti berputar di kepalaku.

"Kau pergi sendirilah, Ve."

Aku berniat menutup pintu kapsulku lagi, tapi Ve menahannya. "Hei, ada apa denganmu? Kau sakit?" tanya Ve kahwatir.

Aku memijat pelipisku. "Tadi malam aku tidak bisa tidur. Tapi aku ketiduran, entah pukul berapa. Sekarang kepalaku pusing. Biarkan aku tidur lagi."

"Kau yakin? Apa biar aku menemanimu?"

Aku menggeleng. "Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh tidur mungkin 2-3 jaman lagi."

Ve mendesah khawatir. "Yasudah. Nanti kubungkuskan saja makanan untukmu. Kalau begitu istirahatlah kembali."

Aku mengangguk. "Terimakasih, Ve."

Ve mengangguk dan pamit pergi. Tapi sebelum Ve benar-benar menghilang dari hadapanku, aku teringat sesuatu.

"Eh, Ve..."

Ve menoleh.

"Cepat kembali, ya. Aku akan memberi tahu kalian sesuatu."

Ve berkerut. "Apa itu?"

Aku mengibaskan tangan. "Nanti saja."

Kututup pintu kapsulku dan menarik selimutku. Aku tahu fakta yang kutemukan tadi malam itu penting. Tapi, maaf, kepalaku lebih tidak bisa diajak kompromi.

***

Sinar cahaya lampu kuning dari kap bergoyang membuatku mendongak. Aku mengedarkan pandangan. Gelap. Pengap. Cahaya yang remang-remang hanya mampu memberi memberi petunjuk tentang aku yang duduk di kursi kayu. Kaos hitam dan celana panjang melekat pada badanku.

Aku di mana?

Kenapa aku tiba-tiba di sini?

Suara derap langkah kaki memecah kesunyian. Aku menoleh. Semakin lama suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Mendadak, jantungku berdetak kencang. Apa aku di culik? Tapi kenapa aku di culik? Di mana teman-temanku?

Tap!

Wajah datar Kahuko yang masuk ke lingkaran cahaya membuatku terkesiap. Aku mengedipkan mata berulang kali. Memastikan pria dua langkah di hadapanku ini benar-benar seseorang yang sangat kutunggu-tunggu untuk berjumpa.

"Ka...Kahuko??!"

Aku berniat berdiri dan memeluk pria itu tapi entah kenapa aku merasa lututku kaku. Aku tidak bisa berdiri. Aku panik.

"Apa yang terjadi?"

Kahuko hanya diam di sana. Menatapku dengan tatapan datar. Aku menatap Kahuko dengan pandangan bingung.

"Apa yang terjadi, Ko?!"

Kahuko tidak menjawab. Jantungku kembali berdetak kencang. Kelegaan yang tadi datang ketika melihat wajah Kahuko sirna. Firasatku tidak enak.

The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang