"Aku mencintaimu dengan Sungguh-sungguh. Jadi, aku harus merelakanmu Bahagia, walau bukan
Bersamaku"☁☁☁
Lisa melihat jam yang ada dinakas dekat tempat tidurnya, Jam lima pagi. Lisa membelalakan kedua matanya. Yaampun bagaimana bisa dia lupa memasang alaram.
Dengan cekatan Lisa segera pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya dulu. Tidak lupa Lisa menjalankan ibadah solat subuh. Setelah selesai dengan urusan solat. Lisa lupa kalau seragamnya belum ia striska.
Lisa masih mengenakan kaus putih polos selengan dan hotpans. Dia berlari menuju ruang pakaian yang belum disetriska. Rumah Lisa memang tidak menggunakan jasa pembantu. Jadi apapun yang dibutuhkan harus mengerjakannya sendiri.
Lisa terus menstriska pakaian sekolah beserta roknya. Rasa lelahnya pun belum habis saat berjalan-jalan kemarin. Ditambah lagi ia lupa menyiapkan segalanya.
Setelah selesai dengan tetek bengek urusam sekolah. Lisa kembali melihat jam dinding yang ada diruang tamu. Lisa kembali membelalakkan matanya, jam 06:50. Itu artinya sekolah Lisa hampir ditutup. Pasalmya sekarang hari senin, biasanya setiap hari senin, sekolah Lisa menjalankan upacara bendera. Ralat tak hanya sekolah Lisa, mungkin semua sekolah diindonesia hampir menjalankan upacara setiap senin paginya.
Lisa berlari menuju gerbang yang ada dirumahnya. Sopir yang biasa mengantarnya sedang sakit. sedangkan ayahnya, mungkin sudah pergi beberapa menit sebelum Lisa bangun.
Dia terus berlari menyusuri trotoar yang ada dipinggir kota bandung. Jarak rumah Lisa dan Sekolah lumayan jauh. Entah nasib Lisa yang sial atau bagaimana, angkot yang biasa lewat depan rumahnya tidak ada sama sekali.
Lisa menghela nafas frustasi, "Ayo, Lalis. Lo pasti bisa, dikit lagi kok!!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Gerbang sekolah sudah mulai terlihat dikedua bola mata Lisa. Lisa sudah sangat lelah. Penampilannya pun sudah tidak beraturan. Peluh keringat membasahi pelipis dan leher jenjangnya. Rambutnya yang mulai lepek karena keringat yang terus mengalir tanpa mau berhenti.
Setelah sampai didepan gerbang. Lisa menghembuskan nafas kasar. Gerbang bercat hitam itu sudah tertutup rapat tanpa celah.
"Kalau kaya gini mah, gue ngga usah lari-larian. Huh!"
Lisa menengok kekanan dan kekiri. Sepi mungkin hanya dirinya yang berada. Lisa dapat mendengar samar-samar suara petugas upacara
Kalau tidak salah,petugas upacara baru saja mengibarkan sang bendera merah putih. Berarti kemungkinan besar Lisa harus menunggu sekitar setengah jam lagi.Lisa tersentak saat ada seseorang yang memegang bahunya. Lisa menoleh untuk melihat siempunya tangan berjam tangan oranye itu.
"Gerald. Ishh lo tuh ngagetin aja!" kesal Lisa.
"Telat?" Gerald tersenyum polos. Lisa memutar bola matanya malas.
"Ya kalau gue ngga telat ngga mungkin gue disini. Gitu aja ngga tau!"
"Mau masuk?"
"Mau lah. Tapi emang bisa? Kan upacara belum selesai"
"Ayo ikut saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA
Teen FictionIni kisah tentang wanita bernama Lalisa Pranata Eristika. Gadis penyuka dance dan sejarah, sangat membenci kimia dan fisika. Mudah mencintai dan sulit melupakan. Ini juga kisah tentang, Geraldo Knight Lazvard. Pria bermata hijau cokelat, brandalan...