GERALISA-25

751 38 1
                                    

"Aku tidak pernah berharap dapat memilikimu. Chating-an dengan mu saja aku sudah cukup bahagia. Tidak peduli hal lain, cukup chating-an."

☁☁☁

Gerald berjalan menyusuri lorong demi lorong kelasnya yang masih sepi karena jam baru menunjukkan pukul enam kurang tiga puluh menit. Bukan tanpa sengaja pula Gerald datang pagi sekali, dia hanya malas melihat pemandangan meja makan yang sudah tidak seharmonis dulu.

Begitupun dengan Bara yang memilih tidur dirumah teman mereka, Panji. Gerald-Bara dan Panji adalah teman dari kecil. Kedekatan mereka dipicu oleh kedua orangtua mereka yang sudah mengenal dekat sejak SMU dulu.

Sampai didepan kelas bertuliskan VII B. Gerald menaruh tas hitamnya disalah satu kursi yang sudah sejak beberapa bulan dia tempati. Tempat yang cukup strategis untuk mencontek, tidur, ngobrol dan hal berfaedah lainnya.

"Woy bro!" sapa seseorang yang ternyata datang lebih pagi darinya.

"Tumben lo dateng pagi?" tanya Gerald acuh tak acuh. Walau sebenarnya dia sudah mengetahui dengan jelas jawaban orng itu.

Orang itu Bara, terkekeh, "Kan gue tiap hari dateng pagi," ujarnya kalem.

Gerlad tidak menggubris pernyataan Bara.

Dan berjalan menghampiri tas Bara, "Mau kimia sini!" pinta Gerald pada Bara tetapi tangannya sedang mengobrak abrik tas Bara. Kadang temen mah gitu, minta dulu baru bilang.

Inilah keuntungan kalau punya kembaran pinter, baik, dan rajin menabung.

"Ge?"

Gerald berguma sebagai jawaban. Tangan kanannya sedang sibuk menari nari diatas kertas yang tadinya kosong kini hampir penuh karena rumus-rumus pH.

"Lo udah mutusin mau ikut siapa?" tanya Bara. Sebenernya dia juga tidak ingin membahas hal ini lebih lanjut. Tapi tuntutan kedua orang tuanya yang membuat Bara memberanikan diri bertanya.

Tangan Gerald berhenti sejenak. Mencekram pulpen minion sampai urat-uratnya tercetak jelas. Salah satu hal yang dia hindari untuk dibahas tetapi dibahas dengan Bara begitu mudahnya. Seakan-akan tidak ada ketakutan sama sekali.

Tidak menggubris pertanyaan itu. Gerald kembali melanjutkan tulisnya. Bukan semata-mata jam pertama sudah dimulai sebentar lagi. Tapi karena dia enggan membahas hal ini.

"Ge!" Bara kesal karena pertanyaannya tidak dibalas bahkan digubris pun tidak.

Gerald menoleh kearahnya seakan lelah tentang perbicaraan ini. Tetapi, bukan kah mereka berdua adalah korban? Tapi kenapa seolah-olah Gerald yang paling tersiksa diantara mereka?

"Geraldo! Berhenti bersikap kaya anak kecil. Gue juga sama kaya lo! Ngga mau mereka pisah. Tapi, you know, sebuah hubungan tidak dapat dipaksakan bila memang diantara keduanya tidak ingin bertahan! Bukan cuma lo yang terluka, gue juga!" Bara meninggalkan Gerald yang masih sibuk menyalin tugasnya. Hanya punggung tegap Bara yang terlihat oleh Gerald sampai punggung itu menghilang dibalik pintu.

"Arghhh!" Gerald menggebrak meja frustasi. Mencengkram rambutnya kasar dan menelungkupkan kepalanya dikedua tangan, menangis.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang