GERALISA-29

820 28 7
                                    

"Hanya butuh kenyamanan saja untuk mencintai. Namun, untuk melupakan mengapa sesulit ini? Bahkan rasa benci pun tak berhasil aku lakukan."

☁☁☁

Gerald membaringkan tubuh lelahnya, rasanya kasur itu memeluk Gerald erat sampai-sampai Gerald mulai mengantuk. Sedetik kemudian matanya yang mulai terpejam kembali terbuka mengingat dia belum membuka handphone nya sedari tadi.

Gerald membulatkan matanya saat ada begitu banyak notif yang muncul dan semunya itu dari Lena. Kenapa Gerald sampai lupa menghubungi Lena? Mengapa dia melakukan hal sebodoh itu coba.

Dia mengacak rambut frustrasi. Ini baru hari pertama dan Gerald sudah melakukan kesalahan yang fatal. Gerald bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju motornya. Tujuannya hanya terarah pada satu arah, Lena.

Dengan kecepatan diatas rata-rata, Gerald membelah kota bandung yang mulai lenggang. Padahal ini baru jam setengah delapan. Entah hal itu patut disyukuri oleh Gerald atau tidak, yang pasti Gerald sudah sampai didepan rumah Lena beberapa menit kemudian.

Gerald memarkirkan motornya dipinggir jalan, bersebrangan dengan rumah minimalis didepannya. Memastikan Lena sudah tidur atau belum, hal itu terasa berat baginya.

Gerald menghela nafsu berat, "Semuanya salah gue," gumamnya dan kembali memakai helm.

Saat hendak memutar konci motornya. Motor sport dari arah berlawanan berhenti tapat didepan pintu gerbang rumah Lena. Gerald kenal motor itu, dan Gerald kenal siapa yang menaiki motor itu, Gerald kenal dengan jelas.

"Makasih ya Pan," ujar perempuan yang duduk di kursi belakang motor ituq. Perempuan itu membuka helmnya yang membuat Gerald tercekat.

Panji menerima helm itu, "Sama-sama. Kalau lo butuh apa-apa, kabarin gue,"

Samar-samar Gerald dapat mendengar percakapan kedua orang itu. Hal itu membuat Gerald hilang kendali. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Lena menghianatinya?

Tidak Gerald. Dia harus berpikiran positif. Mungkin saja Lena tadi bertemu Panji dijalan. Mungkin saja Lena tadi habis mengerjakan kelompok dengan Panji, tapi kelompok macam apa yang pulang hampir malam seperti ini.

Gerald menatap kedua orang itu dengan tatapan tajam. Namun, tidak mau memgintimidasi. Ini mungkin salahnya, bukannya dia yang sudah membuat Lena menunggu. Terus kenapa dia yang marah.

Gerald memutar konci motornya dan melaju meninggalkan area itu dengan hati yang hancur. Sesak, namun tidak terlihat. Terluka, namun tidak berdarah. Kadang, cemburu tidak beralasan itu sakit, hanya bisa memendam dengan sesak yang semakin menjadi. Namun, bukankah cemburu tanda tidak ingin kehilangan? Namun apa yang salah dengan kata cemburu.


☁☁☁

Pagi hari yang cerah namun tidak dengan keadaan hati Gerald yang bertolak belakang. Akhirnya Gerald pergi sekolah dengan perasaan malas. Kenapa? Dia juga tidak tahu.

Gerald melihat Bara yang sudah tapi dengan baju sekolah putih birunya dan menenteng tas ranselnya.

"Bar!" panggil Gerald lemas.

Bara menoleh, "Apa!" balasnya sewot.

Gerald berjalan menghampiri Bara yang masih menatapnya, "Lo percaya ngga kalau Lena selingkuh?" tanyanya basa basi.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang