GERALISA-36

566 34 4
                                    

Jangan lupa pencet 🌟 sebelum membaca.
Happy reading 🖤

"Entah kapan aku bisa melupakanmu?"

️☁️☁️

"Jadi foto itu juga halusianasi gue doang apa kalian juga sama?" Tanya Lisa saat mereka berempat sudah duduk manis di kursi kelas.

Jennie menggeleng tidak percaya, "Kalau dibilang Gerald dari bentuk sih emang dia bangat,"

"Tapi kan kalian tau Gerald di Bandung," seru Rose.

Lisa mengangguk diikuti Jisa dan Jennie. Jisa tampak bingung memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini.

"Lo ngga tanya Brian kalau Gerald punya kembaran gitu?" Tanya Jisa.

Rose menggeleng, "Udah gue tanya. Tapi kata Brian dia ngga tau,"

Lisa menghela nafas lelah, "Guys. Jadi tetangga gue itu siapa?"

Semua serempak menggeleng. Mereka memutar otaknya masing-masing untuk memecahkan kasus ini.

"Gimana kalau Lo tanya Aland!" Suruh Lisa kepada Jisa.

"Dan Lo tanya Kevano!" Lanjutnya menunjuk Jennie.

Jisa dan Jennie serempak mengeluarkan handphone nya dari balik saku rok mereka masing-masing. Kemudian mengetikan sesuatu di handphone pintar itu.

"Eeh eh, kata Aland dia ngga tau," seru Jisa panik saat handphone pintarnya itu mendapat balasan.

Jennie juga menggeleng lemah, "Kevano juga sama,"

Rose menatap perubahan wajah Jennie, "Kenapa Lo? Kusut amad,"

Jennie menghela nafas, "Dia cuma Jawab kepo doang. Kan kesel,"

"Ya lagian suka sama es batu," Ucap Lisa.

"Ngga apa-apa kali. Dingin-dingin emes," Jisa tertawa terbahak-bahak.

Semua terbahak kecuali Jennie. Dengan wajah cemberutnya Jennie menelungkup kan kepalanya dibalik lipatan tangannya.

Suara dering ponsel milik Jennie membuat mereka bertiga serempak menoleh, kecuali Jennie tentunya.

"Jenn, ada yang nelpon tuh!" Seru Lisa jengkel karena Jennie tak kunjung mengangkatnya.

"Paling juga kurir Lis," Jawab Jennie lemas.

"Bukan Jenn! Itu unsername nya Kevano batu," kesal Jisa.

"Gue tau kalian prihatin sama gue. But, i'm okey." Jennie masih tak mau lihat dering ponsel yang masih menyalah.

Lisa menghela nafas dan mengangkat panggilan itu, " Kenapa Van?" Tanya Lisa saat sambungan itu sudah terhubung.

"Kevano?" Tanya Lisa saat seseorang Disebrang sana tak kunjung berbicara, malah terkesan sunyi.

"Van Jennie nya ngambek tuh. Lo jadi orang jangan dingin-dingin banget kali Van, kasih dia penjelasan," cerocos Lisa kepada si pemanggil.

"Padahal kamu pergi tanpa kasih aku penjelasan," Suara serak itu membuat Lisa memantung sesaat. Itu bukan suara Kevano. Lisa kenal suara itu, suara yang dia rindukan.

"Aku rindu kamu Lis," lanjut orang itu dan sambungan terputus. Sama halnya dengan Lisa, pria itu juga merindukan sosok yang selama ini menemaninya.

Lisa masih memantung dengan handphone Jennie yang masih tertempel di telinganya. Air matanya melolos seketika membuat Jennie, Rose dan Jisa mendadak panik.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang