GERALISA-28

689 25 1
                                    

"Memang sulit memperbaiki sesuatu yang sudah rusak, termasuk prihal perasaan misalnya."

☁☁☁

Hujan turun membasahi bumi. Semerbak harum tanah tersiram air memasuki kedua indra penciuman manusia yang sedang berbunga.

Kalau beberapa bulan yang lalu, Gerald menikmati hujan turun sendiri dengan perasaan galau. Beda dengan hari ini, perasaannya, hatinya, jiwanya sedang senang. Gerald tidak ingin mengubahnya. Gerald ingin waktu berjalan lambat, untuk hari ini saja.

"Kamu suka hujan?" tanya Lena saat melihat Gerald tak henti-hentinya tersenyum sembari menatap bulir hujan.

Gerald menoleh kearahnya, "Ngga, aku sukanya kamu,"

"Masasih? Sejak kapan?" tanya Lena tak percaya.

"Jangan tanya sejak kapan aku mencintai mu. Karena rasa itu dateng tiba-tiba," jawab Gerald.

"Kamu tau ngga perbedaan hujan sama kamu?" tanya Gerald tak menghiraukan keterkejutan Lena.

Lena mencoba berpikir keras, "Kalau hujan itu kan air, kalau aku kan manusia,"

"Semua orang juga tau Lena," geram Gerald.

"Ayo tebak lagi!" semangat Gerald.

Lena tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Aduh Ge, aku mah mendingan ngerjain sepuluh soal fisika tentang gelombang dari pada mikirin itu,"

Gerald terkekeh, "Ini gampang loh Len,"

"Susah Ge. Aku nyerah," pasrah Lena.

"Eh eh jangan dong! Masa gitu aja nyerah," panik Gerald.

"Apa dong!"

"Kalau hujan itu jatuhnya kebumi, kalau kamu itu jatuhnya kehatiku," bukannya Lena yang tersipu malu, malah Gerald yang langsung membuang pandangannya dan ber-yes ria.

"Itu mah udah main setream Gerald," ujar Lena dengan wajah datar.

Gerald berhenti melakukan aksinya dan menatap Lena, "Terus apa dong,"

"Kalau mau gombal itu, kamunya jangan yang udah banyak! Garing pula," Lena menyilangkan kedua tangannya.

"Yah, kamunya ngga beper," lirih Gerald.

Lena tersenyum, "kalau aku baper, siapa yang mau tanggung jawab emangnya?"

"Yah aku lah. Aku bukan mereka ya yang baper terus ninggalin dan jadiian dengan yang lain,"

"Tapi jaman sekarang banyak yang kaya gitu," ujar Lena.

"Tapi ngga semua laki-laki seperti itu Lena," bela Gerald.

"Iya. Tapi hanya satu dari seratus orang," kesal Lena seolah-olah dia yang paling tersakiti.

Kenapa mereka jadi bertengkar?

"Len, aku mau ngomong serius," Lena menoleh menatap Gerald yang menatapnya serius, tidak lagi ada candaan.

"Soal apa? Kamu pake narkoba? Astagfirullah Gerald, itu ngga baik. Apa jadinya kamu kalau pake itu? Hidup kamu hancur Ge! Masa depan kamu hancur! Terus bagaimana sama Bara dan papa kamu! Mereka pasti bersalah karena tidak becus mendidik kamu," omel Lena.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang