GERALISA-23

859 46 0
                                    

"Kita menatap langit yang sama dan berpijak diatas bumi yang sama pula. Namun sesuatu yang sama tidak mustahil akan berbeda kalau menyangkut prihal perasaan."

☁☁☁

Gerald sudah sampai dikelasnya yang lumayan ramai tapi hatinya tetap saja merasa kosong, entah kenapa saat mata hijaunya menatap kursi kosong disamping Rara, Gerald merasa harapannya hampa. Ada seseuatu yang hilang. Dia sudah benar-benar pergi, membawa hati yang sudah terlanjur jatuh namun tak kunjung kembali, atau memang tak ingin kembali.

Baru saja dia meletakan ranselnya diatas meja, rasa sakit langsung menyerang punggungnya saat seseorang memukul punggungnya cukup keras.

"Gue kira gue mimpi," cengir orang itu tanpa dosa, padahal dosanya banyak.

Gerald mendelik sinis. Antara kesal atau ingin memakan orang ini hidup-hidup, "Punya temen gini-gini amat Ya Allah. Lo kalau punya otak itu jangan dituker pake panci mangkanya, kan kasihan emak lo udah ngelahirin sakit-sakit tiba-tiba anaknya bodoh macam lo. Kalau lo mau buktiin mimpi atau engga, lo sakitin diri lo sendirilah jangan sakitin anak orang," ucap Gerald panjang kali lebar.

"Kan pnciny juga dipake buat emak gue masak air. Habisnya muka lo pantes banget buat disakitin sih," ujar orang itu, Agam.

"Sialan lo,"

Kemudian mereka berdua terkekeh bersama. Gerald dan Agam duduk dikursinya masing-masing, menatap papan tulis yang masih putih bersih dengan tatapan kosong, sebenarnya tidak dengan Agam, sedari tadi dia sebebarnya sudah gatal ingin bertanya banyak soal perubahan drastis Geraldo.

Sadar bahwa dirinya sudah banyak melamun, Geraldo yang melihat Rara sudah duduk manis dikursinya pun memanggil namanya. Yang dipanggil pun menoleh kearah Gerald.

"Lo masih sering kontekan ama Lisa?" tanya Gerald to the poin.

Rara yang sudah sering, atau bahkan di teror terus menerus oleh Gerald selama beberapa minggu belakangan pun tak memiliki rasa bingung sama sekali.

"Ngga terlalu, mungkin dia sibuk akhir-akhir ini. Lo tau sendiri kan, SMA di jakarta itu elite jadi engga mungkin anaknya leha-lehaan." jelas Rara membuat senyum Gerald yang tadinya seperti bulan sabit kini melengkung ke bawah.

"Yah, kok gitu?" ujar Gerak frustasi.

"Kalau lo berani, lo chat aja sendiri!" tantang Rara yang disambut dengan cengiran songong khas Geraldo.

Gerald mendengus, "Boro-boro di bales, di read aja ngga!"

"Dan usaha lo hanya sebatas stalking media sosial dia doang?" ujar Rara memanaskan.

"Tiati loh, Lisa itu cantik, jago dance, punya talenta yang bagus dan sosialneble banget lah. Pasti nih ya, cowok-cowok diluar sana pada klepek-klepek kaya cacing kepanasan cuma Lisa nge-dance doang, dan lo! Dengan bodohnya ngelepasin dia." lanjut Rara makin songong.

"Gue mertahanin salah, gue diem salah. Kalian para wanita maunya seperti apa sih?!"

"Cewek itu hanya pengen dimengerti!" Rara mulai menyalurkan suara hatinya.

"Lo pikir, kita para laki-laki tidak ingin dimengerti. Kita juga sama pengen diperhatiin duluan, kita yang  sibuk cari topik hanya karna ingin memeperpanjang obrolan, lo pikir itu mudah? Dan kalian para wanita, cobalah mengerti, abaikan sikap kalian yang hanya pengen dimengerti dan mulai mengerti!" entah kenapa Gerald malah bucin.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang