GERALISA-32

573 23 3
                                    


"Life Begin with a dream."

☁☁☁

Suara hiruk piruk memenuhi keheningan malam. Disana,  ada berbagai motor modifan yang berbaris menunggu aba-aba siap untuk bertarung dijalanan. Dibarisan kedua, tepatnya motor berwarna hitam dengan gambar naga di sisi kiri dan kanan motor sedang menatap bendera putih dengan tajam, karena ketika bendera itu akan dilayangkan keudara, maka mereka benar-bebar akan bertarung.

Tanpa diketahui siapa pun. Seorang gadis dengan syal ungu sedang menatap barisan motor itu dengan hati yang tidak menentu. Dia, Indri. Benar-benar takut sekarang, sampai tangan kuning langsatnya bergetar hebat.

Barisan motor itu saling mendahulukan saat bendera putih benar-benar melayang diudara, saat itu juga hati Indri seakan terbawa dengan kencangnya kibasan angin saat motor-motor itu melewati pohon besar yang saat ini menjadi persembunyiannya.

Dia menatap Agung. Dia ingin mempercayai apa yang dikatakan Agung akan benar-benar terjadi bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia ingin mempercayai itu. Sungguh, namun dia gadis yang luar biasa. Gadis dengan sejuta keajaiban yang dikirim tuhan untuknya. Bahwa dia dapat melihat kejadian yang akan terjadi, namun hanya sebatas samar.

Indri terus menatap deretan motor yang saling mempercepat gas nya untuk memperebutkan posisi penguasa jalan. Sebenarnya Indri tahu Agung mengikuti ini bukan semata-mata ingin menunjukan kekuasaan, namun mencari pelampiasan. Indri tahu sekarang Agung pasti sedang banyak masalah yang dihadapinya.

Hati Indri benar-benar lolos dari tempatnya saat motor hitam yang dikendarai Agung menabrak pembatas jalan. Helm yang digunakan Agung pun pecah, dan darah mengalir dari bawah kepalanya merembas keaspal yang keras.

Indri tak sanggup lagi menahan air matanya. Cukup sudah, dia berlari kearah dimana Agung terkapar dan banyak kerumunan yang mengerumini Agung tanpa membantunya sedikitpun.

Agung yang masih setengah sadar tersenyum saat melihat Indri berlari kearahnya. Gadis itu benar-benar kacau sekarang dengan rambut yang dibiarkan acak-acakan terkena angin malam dengan air mata yang merembas keluar. Dan Agung melihat Indri sekarang benar-benar cantik.

Agung merasakan tubuhnya mati rasa. Pandangannya gelap, namun dia dapat merasakan bahwa kepalanya kini sudah dipeluk gadis yang selama ini dia sukai. Gadis itu menangis terisak.

"Agung kamu harus sadar Gung," Samar-samar Agung dapat mendengar kata-kata itu dari bibir Indri, tentu saja dengan suara bergetar.

Agung tersenyum, tangannya terulur mengusap air mata Indri yang ada di pipinya. "Jangan... nangis," dengan terpatah-patah, kata itu berhasil keluar dari mulut Agung.

"Kamu yang buat aku nangis. Kamu harus tanggung jawab," Indri memegang tangan Agung erat.

"Maaf, "

"Kita kerumah sakit sekarang," Indri meminta bantuan orang-orang yang mesih mengelilinginya seakan-akan ini adalah adegan dalam film.

Agung menahan Indri, "Per-cuma,"

"A-aku cuma ma-u bila-ng sama ka-kamu," dengan napas yang tersedak Agung mencoba mengatakan sesuatu yang sudah dia tahan lima tahun terakhir ini.

"A-aku minta ma-maaf ud-ah buat k-kamu nangis. Jang-an nangis" Percuma, karena yang dikatakan Agung saat ini malah membuat Indri makin terisak. "Ak-khu sa-sayang In-Indri." Indri tidak percaya bahwa perasaannya selama lima tahun itu terbalas, namun membuatnya kehilangan orang yang juga dia cintai.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang