GERALISA-8

1.3K 79 8
                                    

"Jangan datang, kalau
Akhirnya akan pergi.
Dan
Meninggalkan luka disini"

☁☁☁

"Assalamualaikum" Lisa meraih ujung knop pintu rumahnya. Rumahnya terlihat sangat sepi. mungkin ayahnya belum pulang.

Lisa menaikan bahu acuh. Kemudian gadis berponi itu berjalan perlahan-lahan menuju lantai dua, dimana letak kamarnya berada.

Lisa membaringkan tubuh lelahnya diatas kasur bergambar frozen miliknya. Dia menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi stiker bintang dan beberapa poster.

Kemudian satu tetes air matanya jatuh begitu saja. Lama-kelamaan menjadi isak tangis yang memilukan.

Tanpa Lisa sadari, Adit-ayahnya. Sedari tadi melihat anak satu-satunya yang sedang menangis, entah apa yang dia tangiskan. Adit tidak tahu.

Adit melangkah mendekati putri semata wayangnya itu. Wajah Lisa tidak terlihat, karena dia menangis dengan posisi telungkup.

Adit mengelus rambut Lisa sayang. Lisa yang merasa ada yang mengelusnya kemudian berbalik dan menghadap siempunya yang mengelus rambutnya.

"Papa?"

"Kenapa sayang?" Adit menghapus air mata yang ada dipipi Lisa.

Lisa langsung mendekap Adit. Adit membalas pelukan anaknya dengan bingung.

"Lalis kangen mama.. " lirih Lisa.

Adit mengerti. Sebesar apapun dia berusaha menjadi ayah sekaligus ibu untuk Lisa. Adit sadar, tidak ada yang bisa mengalahkan posisi ibu dimata anaknya. Semua anak pasti membutuhkan sosok seorang ibu. Bukan Adit tidak mau mempertemukan Lisa dengan Rere, hanya saja Adit tidak mau menambah beban anaknya ini. Dia sayang anaknya,putrinya.

Setelah lama Lisa menumpahkan air mata dikemeja biru laut milik Adit. Ia baru tersadar bahwa ayahnya itu tidak mengucapkan satu patah kata pun. Lisa mendongak untuk melihat wajah pria paruh baya itu.

"Papaa.."

"Papa ngerti, Lalis kangen sama mama. Tapi maafin papa yang belum bisa mempertemukan Lalis sama mama. Papa minta maaf.. "

"Papa ngga salah. Lalis yang salah. Lalis terlalu banyak menuntut ini, itu. Lalis minta maaf" isak tangis Lisa semakin menjadi.

Adit hanya tersenyum melihat anaknya yang sangat emosional hari ini. Dia tidak mau memperpanjang masalah ini. Dia tidak sanggup melihat putrinya menangis. Ayah mana yang tega melihat anak perempuan yang dia besarkan dari kecil menangis. Pasti semua ayah yang ada didunia ini tidak mau melihat putrinya sedih.

"Lalis udah mandi?" tanya Adit. Yang diberi pertanyaan menggelengkan kepalanya.

"Kok tumben pulangnya sore. Papa sempet kesekolah, kata sapam disana sudah pulang semua"

"Lalis pulang sama temen pah. Sekalian ketoko buku yang ada disini, Lalis kan belum tau daerah sini" jelas Lisa.

"Cewe apa cowo temennya?" Adit menaikan sebelah alisnya curiga.

"Mm, cowo pah"

"Oh, cowo.."  Adit semakin menjadi-jadi.

GERALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang