Jangan Lupa Pencet🌟 Terlebih Dahulu Guyss :)
"Senja yang rapuh, aku ingin bercerita. Tentang kenyataan hidupku yang amat menyedihkan. Tentang perjuanganku yang pada akhirnya aku sendiri yang berjuang."
☁☁☁
pagi ini Lisa sudah siap dengan seragam putih abu-abunya, tidak lupa pula dengan tas hitam yang bertengger manis disebelah bahunya. Dia turun kelantai satu dan segera memakai sepatu Nike hitam pink yang ada rak depan rumahnya.Setelah semuanya rapi, Lisa segera mengunci pintu rumahnya dan bergegas dari sana. Mau tidak mau, hari ini Lisa harus kembali naik angkot. Pak nanang belum pulih ternyata dari sakitnya, alhasil dia harus rela berdesak-desakan dengan ibu-ibu maupun anak sekolah lainnya.
Lima belas menit kemudian, angkot yang Lisa naiki berhenti didepan sekolah swasta elite yang ada dikawasan bandung. Setelah membayar, Lisa segera berjalan menuju kelasnya.
Saat sampai didepan kelas, Lisa kembali melihat arloji putih yang melekat manis dipergelangan tangannya. Masih pagi tapi sudah ramai, pikirnya.
Dengan langkah pelan, Lisa masuk kedalam kelas dan disambut antusias dengan Rere.
"Lisa lo udah belum pr Sejarah indonesia?!!"
"Apaan si Re, gausah teriak-teriak bisa kan?"
Yang diberi pertanyaan hanya tersenyum polos, "Udah sini mana buku lo? Gue mau nyalin, soalnya gue lupa,"
Lisa hanya memutar bola matanya malas dan memberikan buku sejarah indonesia yang bersampul merah putih. "Nih," Lisa menyodorkan kearah Rere dan disambut senang.
Kebiasaan anak sekolah ya gini, datang pagi kalau ada tugas. Kebiasaan yang sudah lumrah dikalangan anak sekolah. Lisa memandang teman-temannya yang sedang sibuk mencatat, saling berteriak, lempar-melempar tipe-x sampai-sampai tipe-x itu tidak tau dimana rimbanya.
Lisa memutar seluruh pandangannya, hingga kedua matanya bertemu dengan mata tajam Gerald. Lisa hampir membelalakan kedua matanya, Lisa segara memutuskan kontak matanya. Kemudian kembali menghadap kedepan.
Lisa mulai bingung, anak-anak lain sedang riuh mengerjakan tugas Mereka yang belum terselesaikan. Tapi anehnya, Gerald sedang duduk manis tanpa satu buku tulispun dimejanya.
Apakah mungkin, berandalan macam dia sudah mengerjakannya?
Lisa berceloteh didalam hatinya. Banyak pertanyaan yang terbesit dikepalanya, dan semua itu karna Gerald. Oh, ayolah. Lisa hanya ingin menjadi teman yang baik, itu saja kok.
Suara bel masuk sekolah terdengar nyaring, suara grasak grasuk mulai terdengar semakin kencang. Tips-x mulai berterbang-terbangan, bahkan buku-buku sudah menjadi amukan para masa yang belum mengerjakannya."Woy, KM jangan dipanggil dulu gurunya, gue belom nih!!" teriak Varel yang sedang pokus mengerjakan tugas sejarahnya.
"Iya betul tuh, karna hakikatnya ilmu itu datang bukan karna teguran atau paksaan. Tapi karna keikhlasan dan kesadaran diri," jelas Barri yang menimpali ucapan Varel dengan ceramahnya.
"Kadang orang yang sedang terjebak dalam kesulitan bisa berubah jadi orang bijak ya?" bisik Rara kepada Lisa.
Lisa mengangguk, "Iya Ra. Apalagi kalu lagi putus cinta. Gue jamin, bikin puisi sepuluh lembar pasti bisa!"
"Emang lo pernah?" tanya Rara.
Lisa meringis, "Belum.. "
Sedangkan Rara memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA
Teen FictionIni kisah tentang wanita bernama Lalisa Pranata Eristika. Gadis penyuka dance dan sejarah, sangat membenci kimia dan fisika. Mudah mencintai dan sulit melupakan. Ini juga kisah tentang, Geraldo Knight Lazvard. Pria bermata hijau cokelat, brandalan...