Aku masih ingat bagaimana dulu kita pernah sedekat nadi. Kita yang dulu telah mengikat janji untuk saling melengkapi, kini tak lagi menjadi dua insan yang saling menegur sapa.
Aku masih ingat bagaimana dulu tawa begitu mengekor pada bibir kita. Meski hanya dengan pembahasan yang sederhana bahkan garing menurut pangdangan mereka, namun mampu membuat kita larut dalam suasana menggelitik.
Aku masih ingat bagaimana dulu aku pernah melewati batas, karena persoalan cemburu yang seharusnya tak perlu ada dalam diriku. Namun karena rasa itu semakin hari semakin tumbuh, aku jadi lupa diri jikalau aku bukan siapa-siapa.
Aku masih ingat bagaimana dulu tangis pernah membanjiri pelupuk mata. Aku yang belum siap untuk melepaskan, harus tegar menerima kenyataan yang tak memberikan kesempatan.
Aku masih ingat bagaimana dulu canggung mulai mengantar kita pada kerenggangan. Kamu yang telah jenuh dengan sikapku yang mulai berubah, dan aku yang mulai hobi mengundang perdebatan meski tanpa alasan yang jelas.
Aku masih ingat bagaimana dulu penyesalan pernah menikam perasaan. Setelah hari demi hari, kabarmu mulai tak terdengar lagi. Aku merintih mengutuk diriku sendiri perihal kamu yang telah menyerah atas segalanya. Semua karena keegoisanku yang tak lagi bisa untuk dimaafkan.
Aku masih ingat bagaimana dulu aku harus pura-pura baik-baik saja, ketika mendapati kenyataan bahwa kamu telah resmi bersama dia. Ada sakit yang begitu menusuk, namun aku bisa apa selain pura-pura tersenyum.
Semua hal tentangmu, aku masih ingat dan akan selalu ingat. Satu hal yang harus kamu tahu, perasaanku akan selalu sama meski keadaan telah berbeda.
Bone, 18 Juli 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Setelah Kehilanganmu.
RomanceSebelumnya aku tidak pernah membayangkan bagaimana aku setelah tidak denganmu. Hingga suatu ketika, waktu membawaku pada keadaan; melepaskanmu adalah sebuah keharusan. Setelah kehilanganmu; aku mencoba berdamai dengan rindu, berteman dengan sepi, se...