Di bawah guyuran hujan, aku menangis mencoba melampiaskan kecewa yang merenggut asa. Melepaskan sakit yang pelan-pelan semakin menyesakkan dada. Mengendalikan diri agar tak mengeluarkan sumpah serapah kepada dia yang telah mendua.
Seraya menikmati tetes air yang semakin meresap dalam tubuh, diam-diam pikiranku kembali berkelana menyusuri jejak kenangan, yang pernah menjadi bagian terindah dalam ingatan.
Namun tak butuh waktu lama, petir kembali menyadarkan jiwa atas kenyataan yang terlalu pahit, jika harus disandingkan dengan manisnya janji yang dibalut dengan ucapan. Hingga menarik pikiran untuk kembali melangkah pada arah logika.
Pelan-pelan, angin mulai mendekap perasaan. Menciptakan dingin hingga membekukan harapan. Kini, tak ada lagi mimpi mendaki puncak kesakralan dalam ikatan. Yang tersisa hanya senyum hambar menyambut lembaran baru dalam kehidupan.
Pada lembaran ini, kupersiapkan diri menempuh perjalanan proses mengikhlaskan. Mempersilahkan waktu menghapus perasaan, hingga menghadiahkan hati dengan pencapaian melupakan.
Bone, 06 Juli 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Setelah Kehilanganmu.
RomansaSebelumnya aku tidak pernah membayangkan bagaimana aku setelah tidak denganmu. Hingga suatu ketika, waktu membawaku pada keadaan; melepaskanmu adalah sebuah keharusan. Setelah kehilanganmu; aku mencoba berdamai dengan rindu, berteman dengan sepi, se...