Perahu Kertas

12.9K 512 12
                                    

Di antara beberapa rintik hujan yang jatuh membasahi bumi, kuharap ada setitik rindu yang ikut mengalir menyapaku dalam dingin. Walaupun hanya sekejab, tapi tak mengapa. Karena bagiku, perihal rindu di saat hujan adalah kondisi paling tepat mengingat kamu. Ya, walaupun aku tak yakin rindumu adalah aku.

Aku percaya Tuhan mempertemukan dan memperkenalkan kita bukan tanpa alasan. Walaupun alasannya hanya untuk sekadar memberikan jawaban perihal munculnya rasa suka, nyaman, kemudian berharap lebih lalu pada akhirnya jatuh dan saling meninggalkan.

Tapi nyatanya, semua itu bukan hal yang sia-sia bukan?

Dari semua peristiwa ini menyadarkan kita bahwa waktu selalu punya jawaban atas teka-teki yang membingungkan,
sedang hujan selalu punya jawaban atas rindu yang menyesakkan.

Dan kali ini, di tengah derasnya hujan, aku kembali menyapamu lewat surat. Melipatnya rapih membentuk perahu kertas, lalu meletakkannya di atas genangan air yang mengalir.
Berharap kali ini angin berpihak kepadaku. Mendorong perahu kertasku bermuara tepat di depanmu. Menyampaikan keping rindu yang diam-diam mengundang pilu.

Karena nyatanya, lagi-lagi, hujan kembali menggali keping kenangan yang telah kukubur dalam-dalam.

Makassar, 17 April 2018.

Aku, Setelah Kehilanganmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang