Aku pernah menaruh hati pada dia yang membuatku bahagia. Dia yang membuatku tertawa, dia yang membuatku merindu, bahkan dia yang membuatku terus melakukan hal-hal bodoh tanpa harus merasa bodoh.
Yah, itulah dia. Dia dengan sejuta kelebihannya dan aku dengan sejuta kekuranganku.
Aku pernah menaruh hati pada dia yang membuatku merasa berbeda. Dia yang membuatku harus memaksa diri menjadi orang lain demi memuaskan perasaannya. Dia yang membuatku selalu berusaha memasang topeng demi menutupi banyak kekuranganku untuk memuaskan hatinya. Bahkan dia juga yang membuatku harus menekan keluh demi memuaskan kenyamanan dirinya.
Yah, itulah aku. Aku dengan sejuta perjuanganku dan dia dengan sejuta ketidaktahuannya.
Tapi, siapa aku baginya?
Entahlah. Hanya dia yang tahu.Dia tak pernah menolakku juga tak pernah menerimaku. Aku layaknya sebuah botol yang terombang-ambing dalam lautan hatinya. Ingin menyelam lebih dalam, namun sukar untuk dilakukan. Ingin kembali bermuara ketepian, namun ombak sulit untuk ditaklukkan.
Apa yang kulakukan tak lain adalah menerima permainannya. Menerima kapan ia ingin melangkah maju untuk memperdalam rasa. Kapan ia ingin berhenti untuk hanya sekedar istirahat lalu kembali melanjutkan. Dan kapan ia ingin menabrak untuk benar-benar memilih mengakhiri semuanya.
Dan akhirnya, lagi-lagi aku harus menerima kenyataan, bahwa permainan ini kembali tak berpihak kepadaku. Yah, aku kalah.
Game Over.
Makassar, 19 April 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Setelah Kehilanganmu.
RomansaSebelumnya aku tidak pernah membayangkan bagaimana aku setelah tidak denganmu. Hingga suatu ketika, waktu membawaku pada keadaan; melepaskanmu adalah sebuah keharusan. Setelah kehilanganmu; aku mencoba berdamai dengan rindu, berteman dengan sepi, se...