Aku dan Caraku Mengikhlaskanmu

1.6K 62 1
                                    

Setahun setelah perpisahan kita, aku mencoba fokus berdamai pada diriku sendiri. Sebab aku sadar, bangkit saja tidak cukup. Aku perlu mengalahkan hati untuk mendukung perjalananku dalam proses mengikhlaskan rasa yang pernah ada.

Berdamai dengan diri sendiri bukanlah sebuah perkara yang bisa dianggap mudah. Adakalanya aku harus menghadapi dua hal yang berhasil membuatku jadi dilema. Haruskah menuruti kata hati yang terus menuntunku kembali pada masa lalu, ataukah menuruti logika yang terus mendorongku menjauh pada kisah yang hanya mendatangkan luka?

Lucunya, waktu itu aku memilih menuruti apa kata logika; menjauh dari masa lalu termasuk kamu. Namun di sisi lain, aku tak bisa memungkiri jikalau hati masih berputar pada kenangan lama. Dan secara tidak langsung, pilihanku menyiksa diriku sendiri.

Sadar akan dua hal yang tak bisa disatukan, membuatku jadi mengerti apa yang harus kulakukan. Tak lain adalah menenangkan hati dengan cara mengalahkan perasaanku sendiri. Sebab yang aku pahami, sebelum menuruti apa kata logika, terlebih dahulu aku perlu menenangkan hati. Dan untuk menenangkan hati sendiri, aku tak perlu menjauh darimu, melainkan hanya perlu terbiasa akan hadirmu yang tak lagi untuk diriku.

Benar, aku hanya perlu terbiasa akan pahitnya kenyataan demi membuahkan perasaan hambar, hingga untukmu tak ada lagi rasa yang istimewa. Ketika hal itu tiba, kamu akan melihat diriku yang berbeda. Diriku yang tak ada bedanya dari seorang robot yang tak mengenal rasa. Dan yang perlu aku lakukan selanjutnya hanya menuruti apa kata logika; menjauh darimu serta apa pun yang berhubungan denganmu.

Well, menuruti apa kata logika setelah mengalahkan hati, itu bukan lagi perkara yang sulit untuk dilakukan. Bahkan, mengucapkan  'selamat tinggal' yang dulunya sulit untuk kuucapkan, kini mampu keluar dari mulutku tanpa ada sesak maupun resah.

Bone, 19 Agustus 2018.

Aku, Setelah Kehilanganmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang