Aku Bisa Apa?

1.4K 57 0
                                    

Jatuh kedua kali, siapa yang mau? Kurasa semua akan kompak menjawab tidak. Namun, lain halnya denganku. Jika jatuh menjadi jalan untukku bisa menghapus apa yang dinamakan perpisahan, aku bisa apa? Bahkan aku berani mengakui jikalau di hidupku, cinta masih berkuasa atas segalanya.

Benar. Aku rela kembali jatuh pada lubang yang sama, jika itu membuatku dapat kembali menyapamu. Aku rela kembali diguyur air mata, jika itu sanggup melegakan rasa khawatirku, setelah lama tak mendengar kabar tentangmu. Bahkan aku rela kembali terjebak dalam dinginnya ruang yang kamu ciptakan, jika itu mampu membunuh virus rindu yang mendambakanan temu.

Bodoh? Iya, aku memang bodoh. Aku sadar, aku tak bisa melawan perasaan ini. Bahkan ketika rasa ini membuatku harus bertekuk lutut di hadapan laki-laki yang tak pernah menganggapku ada--tak pernah bisa melihat kerasnya perjuanganku untuknya, aku masih saja tak bisa membunuh perasaan ini dengan mudah. Jadi, lagi-lagi aku bisa apa?

Harusnya ketika aku menyaksikan tawa meremehkan itu terbit di bibirmu, aku bisa dengan cepat menarik hati untuk segera menjauh. Namun, nyatanya tidak. Aku masih saja membiarkan hati ini kembali dibawa lari olehmu. Meski aku benar-benar tahu; kamu bukanlah tangan yang baik jika menyangkut perihal menggenggam.

Anehnya, ketika aku mendapati hatiku sengaja kamu buang, aku justru berteriak untuk kembali dipungut lagi. Bahkan di saat kamu melontarkan penolakan, aku seolah tak mengenal diriku sendiri saat melakukan hal terendah di hidupku; memohon di kakimu hingga secara terpaksa kamu harus kembali memungutku.

Gila memang, tapi satu hal yang aku percaya; ada saatnya sebuah perasaan akan terasa hambar jika si perasa terlalu banyak mengomsumsi asupan yang sama secara terus menerus. Jadi, aku hanya perlu menunggu saat itu tiba. Dan kamu, kuharap akan tetap tersenyum lebar ketika aku benar-benar telah tiada.

Bone, 13 September 2018.

Aku, Setelah Kehilanganmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang