Satu hal yang aku sesali dalam hubungan kita adalah, mengapa kebenaran yang menyakitkan itu baru terungkap sekarang--saat perasaan ini benar-benar telah utuh tertuju untukmu.
Kebenaran yang membuatku sulit untuk berbuat apa-apa, setelah tahu jikalau ternyata kita memiliki iman yang berbeda; kiblat yang berbeda; bahkan Tuhan yang berbeda.
Lantas jika telah seperti ini, harus kubawa ke mana perasaan yang telanjur tumbuh dan menggebu ini?
Haruskah lagi-lagi kuikhlaskan diam-diam, hingga pada akhirnya waktu kembali menguburnya dalam-dalam?
Aku pernah berpikir untuk membawamu masuk ke dalam agamaku, hanya demi mencoba mempertahankan hubungan kita yang telanjur utuh. Namun, setelah mencerna beberapa ungkapan yang keluar dari mulutmu, aku jadi sadar jikalau kamu tak akan semudah itu memercayai apa yang jauh bertentangan dengan kepercayaanmu sendiri.
Maka dari itu, dengan penuh pertimbangan yang disertai perjuangan, hari ini aku memutuskan untuk merelakan apa yang memang sudah seharusnya direlakan. Meski kuakui bukanlah hal yang mudah, tapi aku percaya ini adalah pilihan yang terindah. Sebab jujur saja, aku memang mencintai kamu. Namun perlu kamu ketahui; aku jauh lebih mencintai Tuhanku.
Dan setelah perpisahan ini, harapanku sangat sederhana; semoga bahagia selalu menyertai langkahmu, begitu pun dengan langkahku.
Selamat jalan, kasih.Makassar, 15 Oktober 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Setelah Kehilanganmu.
RomanceSebelumnya aku tidak pernah membayangkan bagaimana aku setelah tidak denganmu. Hingga suatu ketika, waktu membawaku pada keadaan; melepaskanmu adalah sebuah keharusan. Setelah kehilanganmu; aku mencoba berdamai dengan rindu, berteman dengan sepi, se...