Aku pernah bertahan dalam kesedihan. Berteman luka dan air mata. Takut memulai hal baru, meski masa lalu telah lama berlalu. Bukan karena tak rela melepas rasa yang ada, tapi karena takut hal yang pedih kembali terjadi.
Lambat laun, setelah merenung dengan mengikutsertakan logika, aku mulai sadar. Tak ada yang akan berubah, jikalau bukan diri sendiri yang mencoba mengubahnya ke arah yang lebih baik. Dan perihal takut untuk memulai hal baru, adalah salah satu cara memenjarakan diri dalam kegelapan.
Aku sadar, selama ini aku telah memasuki zona terburuk setelah patah hati; bertahan dalam ketakutan kembali dipatahkan lagi. Mengurung diri dalam pikiran--sendiri lebih baik. Padahal, faktanya tidak semua orang memiliki sifat yang sama.
Orang yang aku temui dulu, belum tentu sama dengan seseorang yang baru aku jumpai sekarang. Kisah yang kujalani dulu, bukan berarti akan selalu sama dengan kisah yang kujalani sekarang.
Tak ada yang bisa menjamin hidup yang aku jalani di masa mendatang akan lebih baik dari hidupku sebelumnya. Namun, jika pada akhirnya hidupku jauh lebih buruk dari yang telah lalu, haruskah aku mundur sebelum waktunya? Tidak. Sebab aku paham, patah hati diciptakan untuk membuatku jauh lebih tangguh, bukan untuk membuatku merasa lemah hingga semakin sekarat dalam kepedihan.
Aku tahu betul, perihal melupakan memang tak bisa didapatkan secara instan. Namun, jika aku terus menahan diri dalam ruang yang sepi, bagaimana mungkin aku bisa merasakan sejuknya udara pagi.
Bumi masih berputar. Pun gelapnya malam masih terus digantikan kilaunya fajar. Pelan-pelan aku meyakinkan diri, bahwa setelah kegelapan akan selalu ada cahaya penerangan.
Dan aku juga percaya, setelah hujan akan selalu ada pelangi. Meski terkadang pelangi itu tak tampak pada tempat di mana aku sedang berdiri seorang diri. Namun aku yakin, akan ada seseorang yang dengan tulus menuntunku--mencari di mana keberadaan sang pelangi sedang memamerkan indahnya. Semua hanya perlu waktu dan keyakinan teguh.
Bone, 22 Agustus 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Setelah Kehilanganmu.
RomanceSebelumnya aku tidak pernah membayangkan bagaimana aku setelah tidak denganmu. Hingga suatu ketika, waktu membawaku pada keadaan; melepaskanmu adalah sebuah keharusan. Setelah kehilanganmu; aku mencoba berdamai dengan rindu, berteman dengan sepi, se...