22. Yang sebenarnya

597 40 4
                                    

Biola melempar tasnya dengan asal. Ia langsung merebahkan dirinya di tempat tidurnya. Ia masih memikirkan apa yang terjadi pada hari ini. Biola memegang kalung pemberian dari Revan dengan rasa campur aduk.

Bunyi ponsel miliknya membuat Biola  langsung mengeceknya.

Kak Rea : Pulang dek kerumah. Mami mau ngomong sama kamu.

Biola pun menghela nafas melihat pesan yang dikirimkan oleh kakaknya.

Biola : Iya. Nanti aku kesana.

Lalu tak lama kakaknya membalas lagi.

Kak Rea : Oke, kakak tunggu ya!

Biola pun berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap siap untuk ke rumah maminya.

Setelah siap dengan kemeja bermotif bunga bunga dengan warna kuning dan dipadukan dengan tanktop berwarna putih serta celana pendek berwarna hitam, Biola pun mengambil slingbag miliknya dan menguncir kuda rambutnya meninggalkan juntaian juntaian anak rambut.

Biola pun meninggalkan apartemennya dan memesan ojek online untuk ke rumah maminya.

Setelah beberapa menit ojek online yang ia pesan telah sampai, Biola pun langsung menaikinya dan menuju tempat yang ia tuju.

Tidak perlu waktu lama, Biola telah sampai di depan rumah dengan dominan cat berwarna putih tersebut.

Pintu gerbang terbuka, Biola memasukinya dan langsung disuguhi dengan kecantikan taman buatan maminya.

Biola bisa melihat bahwa maminya menunggu didepan pintu rumahnya sambil tersenyum. Tidak ada lagi raut marah dari wajahnya, yang ada hanyalah raut bahagia.

Biola memasuki rumahnya dan langsung disambut dengan pelukan sang mami. Biola membalas pelukan tersebut dengan tersenyum, Jujur ia rindu dengan kehangatan ini.

"Maafin, mami ya La,"

Mendengar permintaan maaf sang mami membuat air mata Biola mengalir. Ini salah, karena seharusnya Biola yang meminta maaf bukan mamanya, karena disini dirinya lah yang salah.

"Mami ga salah, Biola yang salah dan engga dengerin kata mami, Biola minta maaf ya mi,"

Mereka pun berpelukan dengan air mata mengalir dari kedua mata mereka masing masing. Tidak ada lagi perang dingin antara mereka yang ada kini hanyalah kerinduan yang begitu mendalam.

Rea tersenyum melihat dua wanita yang begitu ia sayang sekarang sudah berbaikan. Rea ikut menitikan air mata namun cepat cepat ia hapus dan kembali tersenyum.

"Udah udah, daripada nangis nangis gini, mending kita ke mall. Mumpung Rea masih disini. Minggu depan kan rea udah pulang ke Mealbourne." Rea menghampiri kedua wanita tersebut sambil tersenyum manis.

Biola pun melepaskan pelukannya dan mengahapus air matanya.

"Yaudah yuk, lagi pula kalau jalan sama kalian mami jadi kelihatan muda lagi." Ucap mami sambil mengedipkan mata genit dan diakhiri tawa oleh ketiganya.

Kalau Biola boleh minta, tolong keadaan keluarganya selalu seperti ini terus. Agar dirinya tidak merasakan apa itu kesepian lagi. Hanya itu, sederhana bukan?

🎻🎻🎻

Disatu sisi seorang gadis dengan mata sipit dan memiliki senyum manis sedang duduk di taman rumahnya dan menatap nanar kedua orang tuanya yang tengah ribut.

Sudah hal biasa bagi dirinya menonton hal ini. Ia menutup kupingnya rapat rapat dengan kedua tangannya dan membiarkan air mata mengalir dari kedua matanya.

Gitar [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang