Bab 20 - Sahabat

6.9K 1K 10
                                    

Bercerita tentang perasaan, mungkin cewek itu belum paham sepenuhnya. Belum tahu lebih jauh apakah sesuatu yang membuat jantungnya berdetak tidak beraturan itu, sangat-amat berbahaya jika benar terjadi. Kali ini bukan tentang seberapa manisnya perasaan seseorang, melainkan seberapa besar dampaknya pada keseharianmu.

Jennie mengakuinya, dan--wow. Itu sangat berpengaruh sekali.

Mata Jennie menegadah keatas langit-langit kamarnya, dengan tubuh yang sudah berbaring nyaman. Kemarin sore, rasanya dia baru tersadar kembali. Sadar bagaimana tidak seharusnya dia memiliki perasaan lebih pada seseorang yang bahkan tidak memikirkan apapun tentangnya.

Betul kata Jungkook; Syukur dia hafal nama dan muka lo, Jen.

Yeah. Agak sakit memang, tapi bisa jadi kalimat Jungkook seratus persen benar. Ingin berharap lebih pun, sepertinya percuma. Seperti berharap pada angan-angan yang sejatinya tidak akan pernah terjadi. Rasa-rasanya, lebih pantas Jennie menyerah saja, bukan?

"Lagi mikirin apa?" pertanyaan itu membuyarkan lamunan Jennie. Satu tarikan nafas Jennie ambil lalu menggeleng pelan. "Enggak ada,"

"Jangan bohong, Jen. Cerita aja sih sama gue." sahut Lisa meletakan beberapa keripik kentang dan kue kering di atas ranjang.

Lisa baru saja kebawah untuk mengambil beberapa camilan. Iya, cewek berponi itu memang sedang mengunjungi rumah Jennie, setelah sesi kuis yang diberikan dosen mereka. Bukan Lisa tidak sopan dengan mengambil camilan sendiri, namun memang Jennie yang memintanya karena sempat tersandung meja di ruang tengah tadi.

Jennie ceroboh. Dan parahnya, itu semua karena pikiran Jennie yang kalut akan seorang cowok. Akibatnya, kaki cewek itu agak biru dan sulit untuk berjalan.

Lisa mengambil satu potong kue, lalu melahapnya. Menatap Jennie yang sedang merubah posisi menjadi duduk. "Oh, apa ini tentang kaki lo? Masih sakit, apa gimana? Lagian sih, pake jatoh, ceroboh banget."

Jennie menggeleng lagi, menghela nafas sejenak. "Bukan itu."

"Loh, terus apa?"

"Lisa, kan tadi gue udah bilang, kalo nggak ada apa-apa."

Lisa mempoutkan bibirnya. "Nggak asik! masa sama temen sendiri nggak mau cerita, sih?"

"Jangan maksa gue, ya? Gue masih badmood banget gara-gara kesandung meja, Lis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan maksa gue, ya? Gue masih badmood banget gara-gara kesandung meja, Lis." tutur Jennie memaksakan senyum.

Lisa memutar bola mata malas, membuang tatapan kearah samping seolah-olah dia kecewa. "Gue nggak maksa, cuma, mungkin lo-nya aja yang kurang percaya kalo curhat sama gue."

Jennie diam, lalu Lisa kembali menoleh. Mengendikan dagu seolah meminta tanggapan lebih dari Jennie. "Iya, kan? Lo masih belum nyaman kan kalo curhat sama gue?"

Hingga hembusan nafas pelan lolos dari mulut Jennie. Menyentil kening Lisa lalu terkekeh pelan. "Hm, oke, gue bakal cerita. Tapi, janji. Jangan ketawa atau hujat gue setelah ini. Karena gue sendiripun, agak nggak percaya sama cerita gue, hahaha."

SARCASM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang