Bab 36 - Sejak Kapan?

6.1K 880 147
                                    

Mungkin, senyum Taehyung terlihat sangat bahagia ketika dua insan itu melaksanakan janji sehidup semati. Sangat bahagia, itu hanya kelihatannya.

Namun, hati manusia siapa yang bisa menebak? Jauh di lubuk sana, pemuda itu merasa kosong. Anak mana yang tidak kecewa, jika melihat keluarganya hancur secara perlahan? Anak mana yang tidak kecewa, jika melihat orang tuanya harus benar-benar terpisahkan?

Sebuah kebohongan besar, jika ada yang mengatakan tidak.

Karena Taehyung, sangat tahu seberapa besar dampaknya.

Namun, kembali lagi, egois bukanlah jalan terbaik. Maka dari itu, Taehyung berkali-kali mencoba lapang. Mungkin, ini jalan yang terbaik, kan?

"Jadi, gimana? Kalian udah berapa lama pacaran?" tanya pria paruh baya di tengah meja bundar itu.

Taehyung terkekeh pelan, sedangkan Jennie mengigit bibir bawahnya ragu.

Bagaimana tidak gugup jika, yang bertanya itu adalah ayah dari kekasih sendiri?

"Baru kemarin kita jadian, Pa." jawab Taehyung enteng yang disambut pekikan lemah seorang wanita disana.

Dia, Kim Daehi.

"Ke-kemarin? Dan kamu udah ajak Jennie ketemu keluarga besar kamu hari ini?" Jujur saja, itu adalah hal yang luar biasa bagi Daehi. Baru satu hari menetapkan status, lalu keesokan harinya langsung bertatap wajah dengan keluarga? Wah, anak zaman sekarang. Daehi terperangah dibuatnya.

"Mau gimana lagi, tan. Aku juga dapet arahan kesini karena Jennie. Dia yang bujuk aku," jawab Taehyung atas pertanyaan Daehi.

Setelah melewati perkenalan dengan wanita itu, Taehyung paham sisi mana yang membuat ayahnya jatuh hati. Daehi itu lembut, keibuan.

Taewoo meringis kecil. "Maaf ya, nak Jennie. Kemarin, pas pertama kali ketemu om, eh ada masalah. Dan parahnya, om sama sekali nggak tahu itu hari jadi kalian."

Jennie menyengir, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba menjawab di tengah kegugupannya.

"Nggak apa-apa, om. Pas kenal Taehyung juga udah tahu sedikit-sedikit, kok. Jadi nggak terlalu kaget."

"Iya, itu juga kayak apa, ya, Pa? Kayak kebetulan, terus Jennie tahu gitu aja. Padahal nggak ada rencana ngasih tahu." tutur Taehyung.

Mereka berempat terkekeh pelan. Taehyung dapat merasakan kehangatan disini. Bagaimana Taewoo kembali menatap penuh kasih ke arahnya, juga tawa lembut seorang ibu disana.

Taehyung merasa... lega.

"Namanya, itu udah garisan Tuhan. Jodoh," ujar Daehi yang lagi-lagi membuat Taehyung tersenyum.

Sebelum senyum itu hilang karena pundaknya ditepuk tiba-tiba. Taehyung mendesis tak suka, melayangkan tatapan nyalang.

"Jimin!" sungut Taehyung.

Jimin meledakan tawa, mengambil salam terlebih dulu ke arah Taewoo juga Daehi bergantian. "Selamat ya, om, tante. Semoga Tuhan memberkati kalian!" sapa Jimin yang dibalas kekehan ringan oleh keduanya.

Lalu--cowok itu beralih menatap Taehyung. "Hey, brother! Muka lo kenapa? Kok asem begitu? Padahal, pas gue belum dateng lo baik-baik aja, deh." usil Jimin.

Taehyung mendengus. Jimin itu benar-benar, ya. "Lo dateng-dateng ngangetin gue, bodoh." umpat Taehyung.

Jimin membulatkan mata disengaja. Melirik Taewoo pun Daehi dengan tatapan mengompori. "Mulutnya itu loh om, tan, tajem banget. Sampe nyesek gitu kalo Taehyung udah ngomong kasar." gurau Jimin yang membuat mereka semua tertawa--kecuali si pemilik topik, Kim Taehyung.

SARCASM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang