Masih pada tatapan yang sama, pemuda itu meraih jemari lawannya. Mengaitnya seolah genggaman itu adalah simbol takut kehilangan.
"Mutusin untuk buka lembaran baru itu nggak mudah, Jen. Apalagi gue, yang punya masa lalu gelap--hidup gue berantakan. Ada masa dimana gue mau mati, putus asa sama semuanya." Ada tarikan napas pelan yang diambil Taehyung untuk beberapa detik.
"Tapi, ada juga masa dimana gue nggak mau mati, karena beberapa alasan penting. Karena Nyokap gue, Baxtan, dan terakhir--lo. Lo bagian dari alasan penting itu." sambungnya.
Jennie terdiam, mencari arti dari mata cokelat gelap milik cowok itu. Tidak ingin tertipu lagi, tidak ingin tersakiti lagi.
"Terus, sekarang kita apa? Cuma orang yang saling sayang tanpa ada kepastian? Brengsek ya, lo." ucap Jennie lalu mendorong bahu Taehyung hingga mundur beberapa langkah.
Jennie mengalihkan pandangannya malu. Duh, rasanya pipi gadis itu terbakar habis. Tapi mau bagaimana lagi? Jennie butuh pernyataan yang jelas disini.
Sedangkan Taehyung mengangkat sudut bibirnya. Dalam hati, cowok itu bersyukur sekali. Jennie punya rasa yang sama. Gadisnya juga menyukainya. Mengusap surai miliknya kebelakang, sebelum melangkah maju kembali.
Cowok itu tersenyum, sangat manis. "Oke-oke, jadi Nyonya Kim Jennie, maukah anda menjadi pacar saya? Aduh, maaf kalo simpel banget saya nembak Nyonya, abis udah di tagih kepastian terus, sih." candanya ringan.
Jennie melebarkan matanya. "Apa? Nyonya?! Memang gue udah tua, apa!" sungutnya kesal.
Taehyung terkekeh, mengacak gemas pucuk kepala cewek itu."Nyonya itu belum tentu tua, tahu. Kalo lo kan Nyonya muda-nya gue. Jadi gimana, mau nggak?"
Jennie mengalihkan pandangannya. Taehyung itu benar-benar, ya. Bisa sekali membuat anak gadis seperti Jennie salah tingkah. Lagi pula, jika semua yang sudah Jennie katakan jelas di mata Taehyung, apakah cowok itu perlu bertanya lagi?
"Gue punya jawaban apa selain iya, hah?! Aduh! Lo mah bikin gue malu--argh, Taehyung sialan!" maki Jennie sekaligus menerima.
Taehyung mengangkat senyumannya lebar, kembali menarik Jennie ke dalam dekapannya. Gemas sekali. Berani sumpah, cara Jennie menggemaskan sekali saat menerima pernyataannya.
"Aduh, lucu banget manusia bawel satu ini. Pacar siapa, sih, heum?"
Boleh tidak, Jennie memukul bibir tipis milik Taehyung yang sungguh menyebalkan?
Pun ketika keduanya terdiam dalam senyap, hanya merasakan detak jantung masing-masing yang berdetak diluar batas normal--pelukan itu harus terputus. Digantikan oleh dering telepon yang menjadi pusat atensi mereka.
"Siapa?" tanya Jennie yang sadar bahwa itu bukan dering ponsel miliknya, namun milik Taehyung.
Taehyung menggendikkan bahu tidak tahu, merogoh kantong celananya, lalu membaca siapa yang menelepon.
Papa.
Tertera jelas disana, Papa yang menghubunginya. Melirik ke arah Jennie yang tentu penasaran, cowok itu menghela napas. "Bokap gue," ucapnya malas.
"Oh? Eh iya, angkat gih."
Taehyung termenung untuk beberapa saat. Membiarkan dering itu sempat berhenti sendiri, lalu meneleponnya lagi.
"Kenapa nggak diangkat?" tanya Jennie.
"Gue udah pernah bilang kan, kalo gue punya masalah sama orang tua?" ucap Taehyung mengalihkan pertanyaan Jennie. "Salah satunya sama bokap, Jen." ucap Taehyung membuang tatapan ke arah samping. Tidak ingin terlihat lemah di hadapan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARCASM
Fanfiction[ Completed ] Kisah seorang mahasiswa semester tiga bernama Kim Taehyung yang anti cewek. Dia bukan gay, percayalah. Dia seorang cowok normal. ❝Bangsat. Otak tuh dipake! Bukan cuma dijadiin tempelan kepala! Wujud lo manusia, tapi pikiran lo kayak h...