3: Jalan Bareng?

25.5K 1.6K 31
                                    

"Saat aku mencoba mengabaikanmu, kenapa seolah-olah dunia terus mempertemukan kita?"

- Ashila Keeana

-o0o-


Shila berjalan lunglai menuju kelasnya. Lorong-lorong masih cukup sepi. Hanya ada beberapa murid yang ia temui. Jika ditanya apakah Shila berangkat terlalu pagi, mungkin memang benar. Hari ini Shila berangkat sekolah bersama Gavin, Papanya. Shila tidak mau menunggu Rendy karena saat berangkat tadi pun, lelaki itu belum juga bangun.

Kebo. Biarin aja.

Dan jika Shila menunggu Kakaknya itu, bisa dipastikan ia akan terlambat. Sudah cukup kemarin Shila kena semprot Pak Bobbi karena cabut saat jam pelajaran.

Langkah kaki Shila refleks terhenti tepat didepan pintu kelasnya. Di dalam tak ada orang sama sekali. Bukan, hanya ada Devan di sana. Dan ini adalah situasi siaga satu yang sangat-sangat harus Shila hindari!

Kabur Shil, Kabur. Sebelum Devan liat—

"Gue udah liat."

Baru saja Shila balik badan siap ngibrit, perkataan Devan suskes membuat kakinya membeku berhenti melangkah. Dan kini, lelaki itu sudah berdiri di hadapannya. Shila menatapnya malas.

"Gue datang kepagian kali, ya? Gue mau ke.. kantin lah mau sarapan!"

Tangan Devan mencekal lengan Shila supaya tak kabur lagi.

"Gue nggak suka lo ngehindar kayak gini."

Tatapan Devan tajam. Menatap mata Shila lekat-lekat. Tatapan ini, adalah tatapan yang selalu bisa membuat Shila membeku dan meleyot tidak karuan.

"S-siapa yang ngehindar? Gue mau ke kantin!"

"Ya udah, ayo."

Devan menarik lengan Shila tanpa meminta persetujuan perempuan itu. Entah menggandeng atau menyeret, yang jelas Shila teriak-teriak minta dilepaskan. Sekolah masih sepi, jadi hanya sedikit manusia yang menyaksikan kejadian ini.

"DEVAN LEPAS!!"

"Lo malu-maluin tau nggak!" omel Shila setelah sampai di kantin.

Shila ngamuk, sedangkan Devan masih sama. Stay dingin, datar tanpa ekspresi. Sekolah masih sepi. Aneh. Kenapa semuanya kompak tak ada yang berangkat pagi?

"Gue yang traktir," kata Devan setelah seorang mbak-mbak kantin datang mengantar pesanan mereka berdua.

Karena memang benar-benar belum sarapan dan lapar, Shila menyantap nasi goreng itu tanpa gengsi. Soal makan, Shila mana punya gengsi.

Shila adalah tipe cewek doyan ngemil namun tak berefek gendut. Tidak tinggi dan tidak terlalu pendek. Sedengan, apalagi kalau dipeluk Devan. Nyaman sekali. Dia juga memiliki pipi yang agak chubby.

Dan dulu, Devan suka mencubitnya.

Dulu, ya. Dulu!

Sedangkan Devan hanya menonton Shila yang makan dengan lahap. Sebenarnya Devan sedang tidak lapar. Hanya saja Devan sangat ingin bersama Shila sekarang.

"Apa lo liat-liat?!" Shila menatap Devan sinis setelah menyadari dirinya sedang diperhatikan.

"Lo gendutan."

"Uhuk..uhuk..uhuk!!"

Shila mendadak tersedak mendengar jawaban menohok Devan. Segera ia meneguk habis air putih di hadapannya.

Tentu Devan hanya menjawab sekenanya. Devan tak serius.

"Jahat banget sih lo!" Shila merengek, memegangi kedua pipinya sambil memikirkan akhir-akhir ini dirinya memang banyak makan.

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang