Lagi-lagi Shila harus berangkat kesiangan karena menunggu Rendy. Untung saja mereka tidak terlambat karena gerimis yang mengguyur pagi ini dan membuat upacara bendera ditiadakan. Bagai ketiban rezeki, semua murid bersorak senang.
Saat berjalan di lorong, rata-rata semua orang menyapanya ramah karena Shila cukup terkenal di sekolah. Bukan hanya karena cantik dan karena Adiknya Rendy saja. Tapi karena memang Shila sangat mudah akrab dengan siapapun.
Kecuali satu orang. Saat Shila berpapasan tadi, dia hanya melirik tajam ke arahnya.
Kadang Shila kesal sendiri melihat tatapan tidak suka dari perempuan bernama Naya itu. Shila merasa tidak pernah berbuat salah kepadanya. Atau hanya gara-gara Devan? Kalau cinta ditolak ya udahlah. Kenapa bencinya seumur hidup begitu?
Yang menyukai Devan kan bukan hanya Naya saja.
Sejak hari pertama masa orientasi siswa, memangnya siapa perempuan yang tidak menyukai Devan? Seorang siswa tampan yang menggemparkan satu sekolah kala itu. Dan tentu saja juga membuat Shila ikut kepo. Tapi kala itu, Shila hanya sebatas merasa penasaran saja. Tidak lebih. Sampai akhirnya, Devan sendiri yang mendekatinya, dan berhasil membuatnya jatuh cinta.
Jadi, sebenarnya apa salah Shila hingga membuat Naya bencinya? Harusnya Naya bencinya sama Devan dong.
Meskipun Naya tidak pernah berbuat macam-macam, tetap saja Shila merasa takut dan risih jika terus diberi tatapan tajam.
Satu lagi, Shila amat tahu tentang Naya yang mencoba mendekati Rendy. Entah hanya iseng atau apa, yang jelas Naya sering menghubungi Kakaknya itu. Tak tinggal diam, Shila sudah memaksa Rendy untuk segera memblokir nomor Naya.
Shila menoleh cepat kesamping kanan saat menyadari seseorang berjalan menyamai langkahnya. Devan, berjalan pelan sengaja ingin menyamai langkah perempuan itu.
Shila terkejut karena Devan sudah masuk sekolah. Padahal kemarin dia sudah memaksanya untuk beristirahat saja di rumah. Meskipun jalannya sudah tidak kesusahan seperti kemarin, tapi tetap saja Shila sedikit.. khawatir.
Sedikit, ya.
Devan melirik Shila sekilas, tanpa memberikan kata-kata apapun, dia hanya berjalan santai.
Sebenarnya Shila ingin bertanya. Tapi gengsi karena sedang banyak orang.
Sementara Naya, dari kejauhan memperhatikan Devan yang sedang berjalan bersama Shila. membuatnya terbakar api cemburu.
Beberapa saat yang lalu, Naya sempat menyapa Devan namun tak ada respon. Walau dia tahu memang seperti itulah sifat seorang Devanno Alfian, tapi Naya tetap merasa sakit hati.
Apalagi Shila yang selalu mengacaukan hidupnya. Naya pikir, setelah mereka berdua putus, ada kesempatan baginya untuk mendekati Devan.
Tapi nyatanya, sama saja. Dan ini semua memang gara-gara Shila!
***
Kabar Devan kecelakaan menyebar cepat ke seantero sekolah. Satu persatu penggemar Devan mampir ke kelas, hanya untuk sekedar menyakan keadaan lelaki itu ya meskipun tidak direspon, atau memberikan makanan dan pada akhirnya diberikan pada anak kelas lain.
Tak terkecuali Aldan. Ia merasa resah sendiri karena sahabatnya mengalami kecelakaan tepat setelah pengakuan tentang perasaannya pada Shila. Rasa bersalah menghampiri Aldan dan rasanya ingin segera menemui Devan secepatnya untuk melihat keadaan sahabatnya itu.
Tapi dia terlalu pengecut. Di satu sisi Aldan merasa sangat bersalah. Tapi di sisi yang lain ia merasa pengakuannya kemarin itu benar. Karena Aldan ingin memperjuangkan rasanya pada Shila. Memangnya salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Ex
Teen Fiction"Salah sendiri ngangenin. Ayo balikan. Harus mau! Gue nggak mau kehilangan lo lagi.." -Devanno A ________ Putusnya hubungan tanpa alasan yang jelas membuat Shila diam-diam masih menyimpan rasa pada Devan, sang mantan yang pernah ia tangisi selama se...