26: Begin Again?

8.1K 532 9
                                        

Sekeras apapun Shila mencoba untuk menyangkal perasaannya pada Devan, ia gagal.

Memang semua jawaban dari segala permasalahan ini adalah jujur dengan perasaannya sendiri.

Shila mencoba kabur dari kenyataan, dan menjalani hidup seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tapi melihat segalanya menjadi serumit ini, harusnya ia masih tetap diam?

Tentu saja tidak.

Dan hal itu yang membuat Shila sekarang menginjakkan kaki di tempat ini, dengan perasaan gugup yang menguasai jiwanya. Menatap seseorang yang duduk di sebuah kursi kayu berjarak sepuluh meter dari tempatnya berdiri.

Devan yang sedang serius dengan bukunya.

Laki-laki itu memang selalu menjadikan buku sebagai pelariannya. Bahkan Shila sendiri sangat pusing melihat rentetan kata di buku pelajaran. Shila hanya suka membaca novel.

Kadang Shila juga tidak habis pikir. Bagaimana bisa ia menyukai —mungkin lebih dari rasa suka— seseorang dengan kepribadian bertolak belakang dengannya?

Devanno yang pendiam dan selalu mengalah, dengan Ashila yang luar biasa cerewet dan ingin menang sendiri.

Devanno yang sulit berinteraksi dengan orang lain, dengan Ashila yang akrab dengan siapapun.

Devanno yang menyukai fisika, dengan Ashila yang sangat membenci pelajaran itu.

Devanno yang pintar memasak, dengan Ashila yang menggoreng telur saja tidak bisa.

Devanno yang ini dan Ashila yang itu.

Terlalu banyak perbedaan diantara keduanya yang tidak mungkin dijabarkan satu-satu.

Tapi, juga tidak bisa disangkal, perbedaan itulah yang membuat mereka saling melengkapi dan menjadi salah satu alasan Shila sangat sulit untuk melepas seorang Devanno.

Shila menghela nafas panjang. Meyakinkan hatinya lalu perlahan berjalan mendekati laki-laki itu. Tentu saja keputusan Shila untuk menghampiri Devan bukan hanya dari keinginannya saja. Melainkan juga saran dari Ririn, Mamanya  dan yang paling cerewet yaitu Rendy.

Dan bagaimana Shila bisa tahu bahwa Devan ada di sini?

Pastilah Shila tahu. Sangat tahu tempat dimana Devan selalu menghabiskan waktu sendiri. Shila memang sudah mengetahui segalanya tentang Devan. Minus dengan apa yang terjadi pada Devan setelah mereka putus. Sudah pasti Shila tidak tahu-menahu sama sekali.

"Devan?"

Dua detik kemudian Devan menoleh. Dengan tatapan terkejut luar biasa. Menutup bukunya lalu dengan cepat berdiri. "Shila? Ngapain lo ke sini?"

Shila menelan saliva susah payah, histeris dalam hati saat Devan menatapnya lekat.

"Lo masih suka di sini ternyata. Gue nggak salah nyari lo ke tempat ini," ujar Shila setelah bergelut dengan dirinya sendiri.

Devan tersenyum simpul. ((Nyari lo)), Devan sangat senang mendengarnya. Masih tidak menyangka Shila ada di hadapannya sekarang. Menghampirinya.

Tanpa berkata-kata, Shila langsung duduk berusaha menguatkan hatinya untuk segera mengatakan apa yang menjadi tujuannya kemari. Setelah Devan juga ikut duduk, selanjutnya hanya keheningan.

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang