4: Saturday Night

23.7K 1.3K 21
                                    

Shila merasa udara malam ini terasa lebih dingin. Berbeda sekali rasanya karena tidak ada kehangatan keluarga. Shila merasa sangat kesepian karena Papa dan Mamanya harus pergi keluar kota untuk mengurus pekerjaan sejak kemarin. Meninggalkan Shila hanya berdua dengan si kunyuk Rendy yang menyebalkan tingkat dewa.

Bi Jum yang biasanya selalu menemani Shila di rumah, juga harus pulang kampung karena sedang sakit.

Jangan ditanya di mana Rendy sekarang. Dari tadi Kakak beda satu tahunnya Shila itu belum keluar kamar.

Sesekali Shila mengganti chanel TV yang ada di depannya dengan kesal meskipun sama sekali tidak ditonton. Hanya dihidupkan saja agar suasana tidak terlalu sunyi. Tak lupa Shila juga menghidupkan musik dari ponselnya.

"Gue pergi ya Sil."

Nah itu dia si kunyuk muncul.

Shila menoleh ke sumber suara dengan malas. Rupanya, si Rendy, sudah rapi dengan setelan kasualnya khas buaya lepas yang ingin mencari mangsa. Bisa ditebak kemana laki-laki itu akan pergi.

"Serah," jawab Shila dingin sambil membuang muka. Mati-matian ia menahan air mata. Entah kenapa rasanya ingin menangis.

Rendy menghela nafas panjang lalu duduk di samping adik kesayangannya itu.

"Bentar doang kok, Sil. Cuma sampe jam dua belas mungkin."

'Cuma' sampai jam dua belas katanya?! Tolong siapapun tahan Shila agar tidak memberi bogem mentah pada Rendy yang memasang wajah tanpa dosanya itu.

"Bodo, sana pergi. Urusin tuh cewek lo yang bejibun. Tinggalin aja gue sendiri di rumah. Awas aja gue aduin Papa!!" Suara Shila terdengar bergetar menahan tangis. Dan perempuan itu kini benar-benar mengambil ponselnya dan menghubungi Papanya saat itu juga.

"Hallo ada apa, sayang?"

"Papa, Rendy jahat!" aku Shila langsung dan kini benar-benar menangis kencang.

Rendy terbelalak.

"Shil—" Rendy berusaha membuat adik resenya itu tutup mulut.

"Diapain sama dia?"

"Masak aku mau ditinggal sendiri di rumah? Kan aku takut. Rendy lebih mentingin pacarnya, Pa.."

Rendy terbelalak dan langsung merebut ponsel dari tangan Shila. Bahaya sekali kalau aduannya ke Papa terlalu jujur seperti ini. Bisa-bisa semua fasilitasnya dicabut. Rendy tidak bisa jajanin ayang.

"Enggak Pa. Rendy cuma bercanda, Shila aja yang baperan." Rendy berusaha membela diri.

"Rendy, Papa udah bilang berkali-kali ke kamu. Jagain Shila pas Papa nggak ada. Masih tega bikin adik kamu nangis?"

"Iya Pa, maaf."

"Minta maaf ke Shila."

"Iya Pa.."

Setelah sambungan telpon terputus, Rendy kembali mengalihkan fokusnya kepada Shila yang masih menangis. Meskipun mengendus kesal, ia tetap melakukan apa yang Papanya suruh.

"Shila gue minta maaf. Gue nggak jadi pergi."

Perempuan itu diam dalam tangisannya. Wajahnya kini sudah sangat memerah. Rendy jadi merasa bersalah meskipun sedikit. Padahal dia sangat tahu kalau Shila sangat penakut di rumah sendirian.

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang