23: Pantai

7.4K 482 2
                                    

Sepertinya Shila menjadi orang yang paling excited dengan liburan singkat ke pantai yang awalnya dicetuskan oleh Arda itu. Membayangkan dia akan bermain ombak setelah sekian lama tidak melihat hamparan laut luas nan biru. Shila ingat, terakhir kali ke pantai saat kelas empat SD.

Mereka berangkat pagi-pagi sekali dan akan langsung pulang malam harinya, menaiki mobil Rendy yang dikendarai oleh Arda. Untuk itu Shila hanya membawa barang-barang seadanya.

Sayangnya, Ririn tidak jadi ikut karena tidak mendapatkan izin dari orangtuanya. Alhasil Shila menjadi perempuan sendiri dalam satu rombongan.

"Ayok ih buruan berangkat keburu macet! Nungguin siapa lagi?" Shila yang sudah duduk anteng di jok belakang supir itu berkata tak sabar.

"Sabar dikit dong, oneng!" sahut Rendy kesal.

"Gue duduk deketnya Shila aja ah. Eja, lo yang nyetir ya!" Arda berkata dengan semangat dan hendak masuk ke dalam mobil, tapi dihentikan oleh omelan tak terima dari Eza.

"Ogah, bangsat! Sesuai perjanjian kemaren kan elo yang nyetir. Nggak usah mancing emosi."

Mereka hampir berdebat, sebelum akhirnya suara derum motor yang baru saja memasuki pekarangan rumah membuat mereka kompak menoleh.

"Nah ini yang ditunggu akhirnya dateng! Ayo berangkat!"

Rendy mendorong bahu Eza dan Arda agar segera naik ke jok depan.

Shila sibuk bermain ponsel hingga tidak menyadari siapa yang datang. Masih asik mengobrol dengan Ririn via WhatsApp, meladeni sahabatnya itu yang sekarang lagi nangis-nangis karena tidak jadi ikut ke pantai. Ia pikir, yang datang pasti Aldan. Karena tidak mungkin Devan mau ikut acara jalan-jalan seperti ini.

"Lo mau di pinggir apa deket sama Shila, Van?"

Dengan cepat Shila menoleh saat mendengar namanya disebut. Matanya membulat sempurna melihat lelaki tampan yang mengenakan kaus biru dengan jeans hitam yang sedang berdiri tak jauh dari mobil.

Sialan!

Rendy bangsat!

"Terserah," sahut Devan singkat.

"Ya udah lo di pinggir aja deh biar gue tengah."

Setelahnya mereka semua masuk. Dan mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang. Tentu saja Rendy bisa menyadari perubahan Shila yang tadinya cerewet dan sekarang jadi diam, hanya melihat ke luar jendela dengan wajah datar.

Rendy tertawa puas dalam hati. Mampus lo, Shila! Nggak jadi mup on kan lo!

Rendy mendekatkan bibirnya ke telinga Shila. Membisikkan sesuatu yang sukses membuat Shila emosi luar biasa.

"Yang kemaren itu gue cuma bercanda. Lo sih percayaan banget sama gue."

BNGSUL!  Shila kesal setengah mati. Apalagi melihat ekspresi menahan tawa Rendy sekarang,  membuatnya hanya bisa misuh-misuh dalam hati. Rasanya ingin sekali mencakar-cakar wajah Rendy sekarang juga.

Kalau begini, bisa-bisa semakin membuat Shila gagal move on dan terus melihat ke belakang. Mengenang masa lalu yang selalu berhasil mengaduk-ngaduk perasaannya.

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang