16: Hana?

9K 575 8
                                    

Demi apapun sebenarnya Shila enggan berangkat sekolah karena takut bertemu Devan. Ralat, lebih tepatnya malu. Bagaimana mungkin setelah kejadian kemarin, Shila berlagak seolah tidak terjadi apa-apa?

Bahkan ia tidak bisa tidur semalaman karena jantungnya terus berdegup kencang ketika bayangan itu kembali muncul. Pipinya serasa ingin meledak karena memanas, salah tingkah.

Motor Rendy sudah berhenti diparkiran sekolah. Tapi Shila tetap memeluk erat pinggang Kakaknya itu.

"Bgsd lo nggak turun?!"

Rendy bahkan sudah melepas helmnya tapi Shila masih diam tak bergerak sedikitpun. Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka berdua sembari tertawa geli.

"Shila!"

"Iya-iya gue turun!"

Sialan memang, Rendy dengan sengaja mencubit keras lengan Shila yang memeluk pinggangnya.

"Pipi lo merah gitu kenapa njir?!"

"Diem nggak usah bacot!"

Shila memegangi pipinya lalu meninggalkan Rendy yang masih bingung. Berjalan menuju kelasnya sedikit menunduk dengan wajah sebiasa mungkin.

Karena tak terlalu fokus dengan jalan di depannya, Shila tak sengaja menabrak seseorang. Betapa sialnya sudah bertemu mak lampir pagi-pagi. Sepertinya Shila baru bertemu lagi dengan Naya hari ini setelah kejadian di perpustakaan beberapa hari yang lalu.

"Sorry," ujar Shila singkat lalu berniat kembali melanjutkan langkahnya. Tapi ternyata tak semudah itu karena Naya menahannya.

Ia pikir, Naya akan mengucapkan kata 'maaf' untuk tamparan itu. Tapi Naya malah membisikkan sesuatu yang membuat Shila bingung.

"Sebentar lagi gue akan menang."

Emangnya gue berkompetisi apa sama dia? Perasaan nggak ada deh.

Shila geleng-geleng sendiri mengingat kelakuan Naya yang terlihat masih sangat membencinya. Masih untung ia tidak melapor ke guru BK agar masalah tidak membesar. Dan hanya Devan yang mengetahui kejadian itu.

"Pagiii bangsulnya Ririn!!"

Shila berusaha mengontrol matanya agar tidak melirik ke arah Devan. Ia hanya perlu berjalan ke bangkunya, lalu mendengar bacotan Ririn tentang Rendy.

Dan yap! Berhasil. Shila sukses duduk di bangkunya membelakangi tempat duduk Devan yang hanya berjarak dua bangku dengannya.

"Lo kenapa, Sul? Aneh banget kayaknya?" heran Ririn saat memperhatikan gerak-gerik sahabatnya yang terlihat ganjil.

"Biasa aja ah."

Shila nyengir kuda pada Ririn dan beralih fokus pada novel yang baru saja ia keluarkan dari tasnya.

"Sul.." Ririn menarik-narik rambut Shila yang tergerai. "Gue mau ngelupain Kakak lo. Gue salah terlalu berharap."

Dengan cepat Shila menutup novelnya dan fokus kepada Ririn. "Lo diapain sama dia?!"

Ririn menggeleng. "Kak Rendy baik kok, tapi dia cuma nganggep gue temen. Itu salah gue sendiri yang terlalu berharap."

Shila mencubit pipi Ririn saat perempuan imut cemberut. "Kan gue udah peringatin lo sejak awal. Rendy itu nggak pernah jatuh cinta. Dia cuma jadiin cewek-cewek mainan doang."

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang