Selama perjalanannya menuju sekolah, Shila benar-benar tidak bisa duduk tenang. Ia takut, entah kenapa. Padahal Shila sudah memaksa Devan untuk tidak memberitahukan hal kemarin pada siapa-siapa. Apalagi guru BK. Shila tidak mau masalah ini makin besar dan Naya akan makin membencinya.
Setidaknya satu harapan Shila. Naya tidak akan mengganggunya lagi setelah kejadian kemarin.
Melihat Shila yang terus mengubah posisi duduknya membuat Gavin— sang Ayah yang baru saja pulang dari luar kota itu geleng-geleng sendiri.
"Kamu kenapa, Sil?"
"H-hah?" Shila mengerjap.
"Udah sampai nggak turun?"
Shila menoleh ke sekeliling. Benar sekali, mobil Papanya sudah berada di depan gerbang. "Eh iya, Pa. Sisil pamit ya?" kata Shila sambil mencium punggung tangan tak lupa kedua pipi Gavin.
"Pulang nanti sama Rendy, ya? Papa nggak bisa jemput."
"Kok gitu, Pa?" Shila cemberut.
"Papa pulang malam, sayang."
"Tapi Rendy—" Shila menghentikan kalimatnya. Lebih baik ia tidak merepotkan Papanya hanya dengan hal sepele ini. "iya, Pa."
Shila akhirnya turun dari mobil. Baru datang saja ia sudah disuguhi kehebohan. Ririn rupanya sudah menunggunya sejak tadi.
"Morning Sisul sayang!" sapa Ririn heboh sambil memeluk Shila erat.
Yang dipeluk hanya mengernyit heran melihat sahabatnya yang tersenyum sangaaat lebar pagi ini.
"Lo kenapa? Seneng banget?" tanya Shila lalu mereka berjalan beriringan menuju kelas.
"Sila bangsul lo tau nggak, tadi malem, Kak Rendy nelpon gue loh. Ya ampun, gue seneng banget di telpon cogan!"
Sontak langkah Shila terhenti mendengar perkataan Ririn. Rendy bukan cowok yang baik dan seharusnya dibinasakan.
"Dia bilang apa aja?" sinis Shila tidak terima.
"Banyak, Sul! Gue seneng banget!" Ririn kegirangan sendiri. Sedang Shila memutar bola mata jengah. Jangan sampai Ririn terjebak dalam perangkap Rendy Keeandra!!
"Ririn lo tau sendiri kan, si Rendy cuma cowok playboy. Ceweknya bertebaran di mana-mana, tiap sudut ada aja tuh cewek Rendy. Lo mau jadi yang ke seribu?!" jawab Shila kesal.
"Ya abisnya dia ganteng.. gimana dong?"
"Ganteng dari mana coba? Orang muka kaya taplak meja gitu lo bilang ganteng?" Shila ingin muntah mendengar pujian terang-terangan untuk Rendy itu.
"Ih, lo mah! Coba lo tanya ke tiap ciwi-ciwi. Ada nggak yang bilang Abang lo burik?! Bener-bener ya!"
Shila berdecak. "Dasar jomblo. Gue cariin lo cowok deh, asal jangan sama si kunyuk."
Masih sambil ngobrol ringan, keduanya sampai di kelas. Mata Shila langsung tertuju pada kursi Devan yang masih kosong. Laki-laki itu selalu berangkat pagi, biasanya kalau Shila datang, Devan sudah duduk anteng baca buku. Tumben jam segini belum datang?
Shila menggeleng. Kenapa jadi mikirin Devan?
***
Jam istirahat berbunyi dengan merdunya. Semua murid berebut siapa yang lebih dulu sampai ke kantin layaknya anak SD. Shila masih sibuk dengan bukunya, lebih tepatnya ia masih latihan mengerjakan soal-soal fisika. Sebentar lagi ulangan, bisa-bisa dimakan hidup-hidup sama Bu Siska.
Dan juga, Devan benar tidak masuk. Kata Pak Yuda yang mengajar tadi, Devan sudah izin karena urusan keluarga. Sebenarnya ini tidak ada urusannya sama sekali dengan Shila. Tapi entah kenapa Shila merasa sangat kepo. Jarang sekali Devan izin meski ada urusan keluarga sekalipun.
![](https://img.wattpad.com/cover/158726219-288-k499048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Ex
Teen Fiction"Salah sendiri ngangenin. Ayo balikan. Harus mau! Gue nggak mau kehilangan lo lagi.." -Devanno A ________ Putusnya hubungan tanpa alasan yang jelas membuat Shila diam-diam masih menyimpan rasa pada Devan, sang mantan yang pernah ia tangisi selama se...