19: Menjauh (Lagi)

10.6K 549 6
                                    

"Good night, Shila.."

Tepat setelah sambungan telfon terputus, orang yang sedari tadi ia tunggu akhirnya keluar rumah. Aldan langsung bisa menebak akan kemana Devan pergi sekarang ini.

"Lo kesini kenapa nggak bilang?"

Aldan hanya nyengir kuda melihat raut terkejut Devan. "Nge-game di rumah gue yok, Dev."

"Gue ada urusan."

"Mau ke rumah Shila? Tadi lo kemana sampai nggak dateng? Dia nungguin lo sampai nangis."

Devan terkejut. Bagaimana Aldan bisa tau?

"Lo ke mana tadi?" ulang Aldan. Tatapannya berubah menjadi serius.

"Shila pulang sama lo?" Devan malah menjawab dengan pertanyaan.

"Iya. Dia sendirian. Sekolah udah sepi."

Lagi-lagi Devan hanya bisa terdiam. Aldan tidak pernah seserius ini kecuali jika sedang membahas Shila. Aldan juga tidak pernah berjuang untuk perempuan seperti ini kecuali pada Shila dan.. perempuan masa lalunya.

"Lo cinta sama Shila?" tanya Devan lirih, dingin, datar tanpa ekspresi.

"Gue nggak pernah naruh hati kecuali untuk Alya. Dan sejak ada Shila.. gue rasa gue bener-bener jatuh cinta sama dia."

Ya, Alya. Perempuan yang Aldan sukai sejak kelas dua SMP. Alya yang cantik, periang, pintar, dan penyayang. Kepribadian yang cukup mirip seperti yang dimiliki Shila.

Untuk mendekatinya memang tidak sulit karena Aldan sudah memiliki modal ketampanan yang membuatnya percaya diri.

Satu tahun pendekatan, kejadian buruk itu terjadi. Saat kenaikan kelas, Alya yang dikenal sebagai siswi pintar dan teladan itu ditemukan tewas di kamarnya karena bunuh diri. Yang sampai sekarang belum diketahui apa alasannya.

Untuk kesekian detik Devan masih diam. Ia bisa melihat sorot mata Aldan yang tulus. Selama ini Aldan telah banyak membantunya. Selalu ada saat Devan butuh seseorang kala Ibunya pergi dan Ayahnya tak peduli.

Apa sekarang waktunya ia untuk berterimakasih? Dengan cara mengalah dan merelakan Shila?

"Gue percaya sama lo. Buat Shila bahagia, ya?"


***

Hari ini proses belajar-mengajar di SMA 01 ditiadakan karena para guru sedang musyawarah tentang ujian semester satu yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Mungkin sekitar dua mingguan lagi. Sedangkan perlombaan basket akan diadakan tiga hari lagi.

Ini merupakan rejeki nomplok bagi Shila karena ia bisa duduk santai di kelas sambil ngemil ditengah keriuhan para manusia yang sedang menyaksikan anak basket latihan. Iya, Shila sendirian di kelas. Jangan tanya Ririn kemana. Sudah pasti dia yang paling semangat menonton Rendy.

Kelasnya ada di lantai dua. Dan dari tempat duduknya sekarang Shila bisa melihat bagaimana kehebohan di lapangan basket. Dan sialnya mata Shila terus terfokus pada manusia satu itu. Selalu saja dia!

Tapi..

Kenapa Devan nggak ke rumah gue ya buat minta maaf?

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang