15: Hujan Dan Kangen

10.4K 698 5
                                        

Hal yang paling dirindukan Devan dari Shila adalah ocehannya yang selalu menghantui pikirannya, di manapun dan kapanpun itu.

Semenjak mengenal Shila, Devan yang semula adalah seorang yang amat tertutup —kecuali dengan Aldan itu perlahan mulai membuka diri.

Devan pikir, sifat Shila sangat mirip dengan mendiang Ibunya yang bawel dan sangat keras kepala. Bersama Shila, Devan mampu mengobati rasa rindunya pada Sandra. Tapi sekarang, Shila sudah pergi dari sisinya karena kesalahan Devan sendiri. Rasanya ia amat sangat menyesal jika mengingat kejadian itu.

Shila lah satu-satunya orang yang bisa membuat seorang Devanno Alfian kembali tersenyum setelah terpuruk seorang diri selama bertahun-tahun. Bahkan Aldan yang sudah bersahabat dengannya sejak kecil, tidak bisa melakukan hal itu.

Devan tidak menyangka, hubungannya dengan Shila akan menjadi serumit ini apalagi Aldan yang tiba-tiba mengaku bahwa sudah menyimpan rasa pada Shila sejak lama.

Mungkin jika sejak dulu Aldan jujur, ia akan mengalah. Tapi untuk sekarang —apalagi setelah mereka membuat kesepakatan terpaksa itu— Devan berkesimpulan kalau ia tidak akan mengalah!

Lelaki bermata coklat pekat itu lagi-lagi menghela nafas berat. Entah sudah berapa lama ia berputar-putar tak jelas hanya karena tidak ingin di rumah. Perlu kalian tahu, Devan hanya pulang ke rumah untuk tidur. Dan akan pergi lagi sebelum Ayahnya bangun.

Mungkin kadang.. Devan benar-benar tidak pulang.

Devan menepikan mobil. Meraih ponselnya lalu menekan nomor Shila yang sudah ia hafal. Dan tanpa pikir panjang ibu jarinya langsung menekan tombol call.

Cukup lama hingga Shila mau mengangkat panggilannya. Pasti perempuan itu berpikir keras dulu harus menjawabnya atau tidak.

"Ada apa?" tanya Shila langsung dengan nada datar.

Devan hanya diam. Entahlah, sekarang ini ia hanya ingin mendengar suara perempuan yang sangat dirindukannya itu.

"Dev! Hallo?"

"Apasih? Iseng ya? Gue matiin—"

"Jangan!" sergah Devan cepat.

"Ngomong kek dari tadi. Serem tau! Lo cuma diem aja, kirain lo peneror yang kayak di film-film."

Senyum simpul terukir pada wajah tampan Devan hanya karena mendengar omelan dari Shila.

"Hallo?! Lo kenapa sih malah diem aja?!"

"Shila, gue.."

"Apaa sih?! Ngomong yang jelas dong."

"Gue kangen sama lo."

"...."

Kini keduanya sama-sama terdiam. Dan Devan yakin pipi Shila memerah saat ini.

"Lo ngelindur kan?! Makanya jangan kebanyakan belajar! Inget istirahat juga! Gaje ih."

Shila memutuskan panggilan secara sepihak tapi Devan masih setia menempelkan benda tipis itu di telinganya.

Rasanya ia ingin bertemu Shila sekarang juga.

***

Jika ditanya apa hal yang membuat pipinya bisa memerah seperti kepiting rebus tentu saja jawabannya adalah tingkah aneh Devanno Alfian! Bagaimana tidak aneh? Devan tiba-tiba menelpon dan hanya untuk mengatakan.. kangen?! Devan benar-benar gila!

Lebih gila lagi dirinya sendiri yang rasanya ingin langsung melompat-lompat di trampolin saking salah tingkahnya!

Kalau begini terus, gimana caranya agar Shila bisa move on?

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang