17: Kecewa

10.3K 605 4
                                    

Anak basket sedang latihan sekarang, dan satu sekolah tentu para gadis-gadis pemburu cogan akan menyempatkan diri untuk menonton cowok-cowok tampan sekolah mereka itu.

Sorakan hiperbola dari para kaum hawa mengiringi mata Shila yang tidak bisa berpaling sedetik pun dari manusia tampan bernama Devanno Alfian.

Lihatlah rambut basah Devan yang sedikit menjatuhi wajahnya itu. Hidung runcingnya yang terukir indah, iris coklatnya yang tajam.. oh jangan lupakan bibir tipisnya yang.. argh! Kenapa pipi Shila memanas hanya karena memandangi Devan seperti ini?

"Bangsul, lo jangan ngeliatin Devan terus entar baper!" Ririn tertawa ngakak.

"Diem!"

Saat mereka sudah selesai latihan, banyak para perempuan yang menghampiri rombongan anak basket itu untuk memberi mereka minuman, lebih tepatnya untuk mencari perhatian mereka tentu saja. Ririn tak kalah heboh ingin memberi juga untuk Rendy.

"Jangan, Rin. Lupain Rendy ih!"

"Nggak bisa.. Kakak lo terlalu tam— Sul! Naya, Sul!"

Shila mengernyit dan dengan malas-malasan mengikuti arah tunjuk Ririn. Hati Shila berdenyut entah kenapa melihat Naya yang tak segan menghampiri Devan untuk memberinya minuman, dan anehnya.. laki-laki itu menerimanya membuat sebagian orang bersorak kaget.

Ingat, ini adalah Naya Silvia yang selalu mengejar-ngejar Devan tapi tidak pernah dinotice sama sekali. Dan hari ini.. tiba-tiba saja Devan berubah pikiran?

Atau mungkin dia sudah menerima Naya?!

Gosip-gosip dari para manusia tukang ghibah mulai terdengar. Beberapa bahkan ada yang menyebut-nyebut nama Shila.

Perempuan itu hanya merenung. Ada dengan hatinya? Kenapa ia tidak suka Naya terlalu genit pada Devan?


***

"Hari ini selesai! Kita lanjutin besok!" titah Rendy yang langsung diangguki oleh anggota yang lain.

Devan tentu langsung duduk di pinggir lapangan bersama yang lain untuk beristirahat. Ketika banyak cewek-cewek yang mendekat, ia hanya menghela nafas panjang. Tidak ada hubungan apa-apa kenapa sok akrab sekali? Devan sangat tidak suka perempuan seperti itu.

"Devan?"

Devan yang semula ingin mengambil minum di tasnya menoleh malas pada seseorang yang memanggilnya barusan. Apalagi sorakan heboh dari semua orang yang menurutnya sangat berlebihan.

"Ini minum buat lo."

Masih dengan tatapan tanpa ekspresinya ia menjawab, "Gue udah—"

"Terima aja, Van. Kasian Naya euy!"

Arda mencolek lengan Devan membuat laki-laki itu langsung mengambil begitu saja minuman yang Naya berikan.

"Makasih."

Naya tersenyum, lalu bergegas pergi diiringi teriakan iri dari para fans Devan.

Setelah meneguk habis minuman pemberian Naya tadi, Devan mengambil ponselnya untuk mengirimi pesan pada Shila. Bagaimana pun, ia sudah diperintahkan Bu Siska untuk mengajari perempuan itu sebagai persiapan ujian semester.

Dear My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang