Lagi-lagi waktu istirahat Shila dihabiskan untuk duduk di bangku perpustakaan. Bukan untuk membaca novel, tapi mengerjakan sendirian soal-soal yang Bu Siska berikan kemarin. Shila bertekat harus mendapat nilai bagus untuk ujian semester ini.
Jari-jari rampingnya terus membolak-balik lembar demi lembar buku yang menampilkan rumus-rumus yang sama sekali ia tak mengerti. Alisnya terus bertautan menandakan kebingungan dan otaknya serasa ingin meledak. Shila baru menyadari kebodohannya selama ini.
Sret..
Suara seseorang menarik kursi mengalihkan fokusnya. Shila mendongak, jantungnya berdebar hebat saat pandangannya bertabrakan dengan iris coklat jelaga milik Devan.
"Bu Siska udah ngomong ke gue buat ngajarin lo," ujar Devan sambil menyodorkan buku yang ia bawa.
"Gue udah pinter, nggak usah diajarin."
"Tapi gue liat lo ngedumel terus dari tadi."
"Bukan urusan lo! Mendingan lo pergi sana, urus tuh Si N—" Shila menutup mulutnya sendiri dan berusaha kembali fokus seolah Devan ini makhluk tak kasat mata.
"Buat lo."
Shila menoleh malas, tapi begitu melihat apa yang Devan berikan perempuan itu langsung reflek berteriak dan membuat para penghuni perpustakaan lain marah.
"Sori sori."
Shila langsung merebut novel yang Devan berikan lalu bersorak tanpa suara. Novel ini benar-benar menjadi incarannya karena setiap ia mencari ke toko buku, selalu kehabisan.
"Kok lo bisa dapetin buku ini?!"
Devan tersenyum. "Sebenarnya gue mau ngasih kemaren. Tapi lo ngehindarin gue, kan?"
Bibir mungil Shila mendadak mengatup rapat saat Devan kembali menyinggung soal kemarin. Rasa kesalnya kembali muncul, Shila bete tiba-tiba.
Shila bisa menebak pasti Devan membeli novel ini saat jalan dengan Naya kemarin.
"Kok malah cemberut? Nggak mau?"
"Cowo-cowo emang nggak bisa dipegang omongannya, ya. Semuanya dusta."
Shila membuang pandangannya. Benar-benar kesal pada Devan. Saat Shila ditampar, Devan membelanya tapi setelah itu malah bolos demi jalan-jalan dengan Naya? Apa maksudnya?!
Sedangkan Devan mengernyit bingung. Memang dirinya pernah berdusta pada Shila?
"Maksud lo?"
"Bodo! Katanya sih lo cowok pinter, jago fisika, jago ini, jago itu. Tapi kok nggak pekaan alias bego! Pokoknya gue benci sama lo!" Buru-buru Shila memberesi bukunya dan pergi begitu saja.
Baru tiga langkah berjalan ia berbalik, katanya marah tapi masih sempat-sempatnya mengambil novel yang Devan berikan tadi lalu kini benar-benar pergi.
Devan masih bingung. Berusaha memikirkan apa kesalahannya sehingga Shila marah. Tidak peka? Enggak ah. Perasaan Devan adalah cowok paling peka. Laki-laki itu berdiri, mengikuti Shila.
Shila berusaha sabar dan dengan muka cemberut ia berjalan ke kelasnya. Tapi ketika melihat Aldan yang sedang duduk di bangku depan kelas, ia memutuskan untuk mampir karena ingin menanyakan sesuatu pada cowok itu. Rendy yang memberitahunya hal ini dan Shila sangat tidak sabar untuk bertanya langsung pada Aldan.
"Hei!" sapa Shila sumringah lalu duduk di samping lelaki itu.
Aldan membalas dengan melempar senyum.
"Al, lo punya kucing?"
Aldan mengangguk.
"Sumpah lo punya kucing?!"
"Iya. Kenapa emang?"
![](https://img.wattpad.com/cover/158726219-288-k499048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Ex
Ficção Adolescente"Salah sendiri ngangenin. Ayo balikan. Harus mau! Gue nggak mau kehilangan lo lagi.." -Devanno A ________ Putusnya hubungan tanpa alasan yang jelas membuat Shila diam-diam masih menyimpan rasa pada Devan, sang mantan yang pernah ia tangisi selama se...