Chapter 31

852 81 0
                                    

"Apa paman mualaf?"

"Yaa, itu sudah 30 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah 60 tahun. Kenapa kau tanyakan itu nak ?"

"Apa boleh saya tahu proses mualafnya paman?"

"Baiklah nak,
30 tahun yang lalu saya bekerja sebagai manager keuangan disuatu perusahaan, kehidupan saya sangat cukup mewah saat itu, disuatu ketika saya mendapat undangan seminar di brunei darussalam. Sampai sekarang saya juga bingung kenapa saya bisa diundang diseminar itu.
Selama seminar saya banyak mendapatkan ilmu, termasuk ilmu agama islam.
Salah satunya yang saya ingat sampai saat ini adalah seseorang yang memutuskan untuk mualaf memeluk agama islam maka tercatatlah seluruh kebaikannya saat sebelum menjadi mualaf. Begitu saya kembali ke korea pikiran saya masih saja mengingat kata-kata itu bahkan saya sempat berhenti berbuat baik pada orang lain.
Saya memiliki partner kerja, dia seorang muslim. Jengkel sekali melihatnya meninggalkan pekerjaan kantor selama 5 waktu sehari. Suatu hari saya mengikutinya dan ternyata dia pergi kerumah ibadah untuk shalat. Sampai akhirnya saya tanyakan padanya "apa kau tidak takut kehilangan pekerjaan ini?"
Dan jawaban yang dia berikan masih sangat teringang sampai saat ini,

"Apa jawaban itu?"
Tanya Jimin penasaran

""Tidak, saya lebih takut jika saya kehilangan Allah."
Jawaban itu yang menggerakkan hati saya untuk memutuskan memeluk agama islam"

Seketika mata Jimin terbuka lebar, jantungnya berdetak dengan cepat dan dia merasa bulu tangannya yang merinding begitu mendengar jawaban itu.

"Lalu?"
Sambung Jimin masih dengan penasarannya

"Begitu saya masuk islam saya tidak memikirkan apapun kecuali hanya beribadah pada Allah, sampai akhirnya saya merasa orang-orang yang saya sayangi meninggalkan saya. Dengan usaha keras saya meyakinkan mereka namun semua itu sudah jalanya Allah untuk saya."

"Maksud paman?"
Tanya Jimin

"Saya meninggalkan orang tua dan anak istri! Dengan berat hati saya hanya minta kekuatan iman dari Allah. Dan sampai saat ini saya tidak pernah bertemu dengan mereka. Saya sudah berusaha mencari tapi tidak ada"

Jimin yang mendengar cerita hijrahnya paman Han tertunduk sedih..
Entah apa yang dipikirkannya

"Saya turut bersedih paman, tapi saya kagum denganmu paman karena paman bisa melewati semua ini"

"Semua atas ridho Allah nak, selagi kita terus berikhtira, insyaa Allah, Allah memberikan kita jalan"

"Terima kasih paman, sudah mau berbagi cerita dengan saya.
Hujan sudah reda lebih baik saya kembali sekarang. Lain waktu boleh saya kemari lagi?"

"Tentu saja nak, kapan pun itu kau mau.
Kalau begitu hati-hati dijalan. "

Jimin pun pergi dari sana dan kembali pulang.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Assalammualaikum Paman Han?"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh nak Jin?"

"Apa kabar paman?"
Tanya Jin menghampiri paman Han yang sedang menyirami bunga bunga dihalaman belakang aula

"Alhamdulillah baik nak.. Apa yang membuat mu kemari nak?"

Jalur Hijrah Tak Pernah Salah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang