Chapter 33

754 69 0
                                    

Hari ini Jimin berniat pergi kerumah orang tuanya sendiri.
Sambil mengendari mobilnya, hatinya merasa tidak tenang, namun dengan tekadnya dia harus melakukan ini

Banyak sekali suguhan yang diberikan ibunya pada Jimin, karena Jimin jarang sekali pulang.
Semua kerinduan terbayarkan saat itu.

Sampai makan malam bersama dan ada saja obrolan mereka malam itu bahkan sampai selesai makan pun mereka masih saja mengobrol dengan topik yang berbeda beda.

Kehangatan yang tidak didapat Jimin disana bisa dia dapatkan dirumah ini.
Namun dengan tekadnya dalam memutuskan keputusan besar harus dia sampaikan malam ini.

"Ibu Ayah?"
Panggilnya begitu obrolan mereka semakin berkurang malam itu

"Iya nak,
kau ingin tidur?"
Tanya Ibunya dengan suaranya yang sangat dirindukan Jimin selama ini

"Tidak bu"

"Tidurlah nak, besok kau harus bekerja bukan?"
Perintah ayahnya karena melihat wajah Jimin begitu lelah

"Tidak Ayah, ada yang mau saya katakan"
Jimin merasa jantung nya berdetak sangat cepat

"Apa ada masalah nak?"
Tanya Ibunya penuh khawatir

"Saya..
Saya akan memutuskan untuk..
Emm.. saya akan memutuskan untuk mualaf!"

Dengan gugup nya Jimin mengatakan keputusan besarnya, namun perkataan itu sentak membuat kedua orang tuanya tercengang.

Ayah Jimin mulai memasang wajah marahnya sedangkan Ibunya hanya diam memandang Jimin yang tertunduk.

"Apa Jin dan Yoon-gi yang mempengaruhi mu!!"
Ketus Ayahnya

"Bukan Ayah, ini keputusan ku"

"Kamu bercanda kan nak?"
Tanya Ibunya dengan air mata yang berlinang

"Saya serius Bu.."

"Pergilah!"
Ketus Ayahnya,
Sentak membuat sang adik dan Ibu Jimin memandang kearah Ayahnya.

"Jangan.."
Bantah Ibunya lalu menatap lesuh Jimin yang tertunduk

"Ayah.. jangan usir kakak"
Adik Jimin mencoba menahan Ayahnya yang sudah sangat marah

"Apa sekarang kau tuli!! Pergi dari sini!!"
Ketus Ayahnya lagi

Dengan tubuh yang mulai lemas, Ibu Jimin menghampiri suaminya dan berlutut tepat di kaki suaminya

Jimin yang emosional pun bangkit dari duduk nya dan pergi begitu saja.

"Jangan... jangan... kembali nak.. Jiminnn"
Seketika tangis Ibunya pecah, mencoba menarik suaminya untuk mengejar Jimin namun dengan keras hati dia tetap duduk disana memperhatikan anaknya yang mulai hilang dari pandangannya

Melihat Ibunya yang lemas berlutut dihadapan Ayahnya, adik Jimin langsung pergi menyusul Jimin

"Apa yang kau lakukan!! Dia anakmu.."
Tangis Ibunya semakin pecah

"Mulai detik ini.. dia bukan anak ku!"

Mendengar ucapan suaminya yang tidak menganggap Jimin sebagai anaknya lagi seketika tangis Ibunya tidak bisa terbendung lagi dan semakin emosional

Jalur Hijrah Tak Pernah Salah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang