6. The Lawyer

2.7K 238 5
                                    

Caroline tersenyum melihat calon orang tua angkat nya. Seorang wanita berusia 27 tahun dengan paras yang menurutnya luar biasa cantik namun berpakaian sopan dan sederhana.

"Halo Caroline.. Tante udah liat profile kamu dan tante pikir kita mungkin bisa cocok.." Perempuan itu berjongkok di depan Caroline sambil menjabat tangan nya.

"Nama tante Satira.. Sama kaya nama belakang kamu.."

Senyum Caroline mengembang saat mendengar nama wanita itu.

Wanita itu ikut tertawa sambil mengusap rambut Caroline, "anak baik.. Selama 6 bulan ini, kita main bareng ya?"

Caroline tertawa, "okay.."

6 bulan adalah waktu yang ditentukan negara bagi siapa saja yang ingin mengadopsi anak untuk mendapatkan persetujuan si anak dan juga pihak panti asuhan.

"Minggu depan tante mau ke Bali.. Caroline ikut ya? Suster Angela juga ikut.."

Caroline mengangguk kegirangan.

"Mbak Satira ya? Saya Angela, kita bicara lewat telepon.." Sapa Suster Angela.

Satira tersenyum, "Panggil saja saya Ira.. Maaf ya saya langsung mendatangi Caroline.."

"Ndak apa-apa.. Tapi bisa minta waktunya sebentar? Kepala panti Asuhan mau bicara sama mbak ira di ruangan nya.."

Satira mengangguk dan mengikuti suster Angela keruangan kepala panti asuhan. Kepala panti asuhan menyambutnya dengan sebuah senyuman.

"Selamat pagi mbak Satira.. Saya Liana, kepala panti Asuhan ini.." Kata Suster Liana sambil menjabat tangan Satira.

"Panggil saja saya Ira.."

"Baik mbak Ira, mari silahkan duduk" Suster Liana mempersilahkan Satira duduk di sofa.

Setelah Satira duduk, kepala panti asuhan langsung membeberkan segala macam persyaratan yang sudah ditetapkan negara untuk mengadopsi anak. Satira sudah paham dengan semua itu, ia sudah mempersiapkan segala persyaratan nya dengan baik.

"Sejak awal Caroline memang sudah sangat berbeda. Dia sangat cerdas, ga banyak bicara dan.. Tentang kondisi kesehatan nya yang memang agak berbeda. Saya rasa mbak Ira sudah paham. Maka dari itu kami akan memantau ketat selama 6 bulan ini, saya harap mbak Ira bisa mengerti.."

Satira mengangguk seakan sudah paham betul tentang semua konsekuensi keputusan nya untuk mengadopsi Caroline, "iya, saya sudah baca tentang kesehatan mental Caroline dan saya mengerti.."

Suster Liana mengangguk, "saya juga baca pengalaman sosial anda di sebuah rumah sakit jiwa yang ada di kabupaten Bandung. Membantu orang-orang yang kehilangan akal benar-benar perbuatan yang mulia dan pasti membutuhkan keberanian yang besar"

Satira menggeleng, "ah, suster Liana ini berlebihan.. Itu tidak sehebat kelihatan nya.. Saya cuma ingin membantu sesama. Kadang orang-orang seperti itu luput dari perhatian masyarakat."

Suster Liana tersenyum, "Semoga Tuhan selalu memberkati mbak Ira.. Tapi ada satu hal lagi yang harus mbak Ira ketahui. Caroline berada dalam pengawasan seorang pengacara.."

Satira mengernyitkan kening nya, "pengacara? Memang nya ada apa?"

Suster Liana tersenyum melihat ekspresi Satira yang tiba-tiba berubah serius, "bukan hal besar.. Hanya saja Caroline memiliki golongan darah yang langka. Ada keluarga orang kaya yang sedang mencari orang-orang dengan golongan darah tersebut. Jadi, panti asuhan kami benar-benar dibantu secara finansial karena hal itu dan sebagai gantinya Caroline akan selalu diawasi."

"Caroline akan diawasi karena itu? Jujur saya agak keberatan, karena saya tidak tau tujuan pasti mereka. Apa untuk mengambil darah Caroline suatu saat nanti? Saya hanya ingin tau kejelasan nya.."

UNNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang