30. This is Not Real

2.3K 211 23
                                    

London.

Butuh waktu berbulan bulan dan setahun penuh menenggelamkan dirinya dalam lautan masalah dan pekerjaan untuk Harris bisa menerima kenyataan bahwa anak perempuan yang berhasil meluluh kan hati beku nya itu adalah sosok khayalan nya sendiri. Namun sejak saat itu Harris jadi sering uring-uringan sendiri dan mulai membenci semua anak perempuan yang berumur sekitar 5 tahunan.

"Shut the fuck up!!" Bentak Harris saat sedang makan siang di sebuah restoran mewah di tengah kota London.

"I'm sorry about that.." Kata Brianna sambil tersenyum kearah anak perempuan yang awalnya sedang tertawa riang dengan kakak laki-lakinya.

Wajah anak perempuan itu kini menunduk sedih sambil memeluk ibunya yang sedang menatap murka Harris.

Brianna menatap galak Harris dan kembali tersenyum manis kearah anak perempuan itu, "He's kinda crazy because of work.. But what about this.. You and your brother can pick any desert in here.. And i will pay for it!"

Wajah anak perempuan yang tadi nya mendung itu mendadak cerah.

"Really?!" Pekik anak perempuan itu kegirangan.

Sesaat setelah Brianna mengangguk, anak perempuan dan kakak laki-laki nya itu langsung berlari ke counter ice cream, hanya dalam hitungan detik mereka sudah sibuk memesan ice cream dengan terlalu banyak topping diatasnya.

Harris tak menyelesaikan makan siang nya dan beranjak pergi meninggalkan restoran itu. Brianna membayar seluruh tagihan makan siang nya dan Harris berikut dengan ice cream yang dipesan oleh 2 kakak beradik tadi.

"What about our birthday?" Tanya Brianna sambil mengejar Harris yang berjalan meninggalkan restoran itu.

Harris mendengus karena ia harus menerima kenyataan taun ini adalah ulang tahun nya yang ke 24 tahun. Dalam mimpinya saat koma, ia jelas-jelas berusia 29 tahun.

"Gue tau lo sibuk kerja.. Semua majalah bisnis dalam satu tahun kebelakang ini penuh sama muka lo.. Sejak bangun dari koma, lo ga pernah berhenti kerja, i know! Lo mau lupain mimpi-mimpi lo waktu lo koma tapi...."

"Harriet, please!!" Bentak Harris sambil menatap murka wajah saudara kembarnya.

Brianna sontak terdiam. Akhir-akhir ini Harris nyaris tak pernah bercanda apa lagi tertawa.

Harris menghela nafasnya dan melanjutkan, "you do whatever you want, Harriet.. Gue ga peduli.. Lo mau ngerayain dimana, kapan, tema nya apa, terserah lo.. Lo tinggal kasih tau gue aja kapan dan dimana, gue dateng. Udah gitu aja."

Harris kembali berjalan menuju petugas valet dan melemparkan kunci mobilnya.

"Lo ga bisa santai dikit ya? Bisnis kita udah bener-bener gede. Lebih dari 1000 property baik itu hotel bintang 5, resort, spa, bahkan gue ga inget apa lagi.. Semua nya ada seluruh penjuru dunia. I mean, ini saat nya lo sedikit santai! Dalam waktu setahun lo gadai semua saham lo yang ada di Brown Company untuk bikin anak perusahaan dan sekarang semua nya berjalan lancar! Terlalu lancar! Kadang-kadang gue ngeri sendiri sama lo yang kaya gini......."

"I don't even care anymore, Harriet. Tugas gue sebagai pewaris utama kan bikin kalian semua hidup mewah dengan damai? I did! Sekarang gue punya anak perusahaan yang 100% saham nya milik gue sendiri. Kalo pun gue mati, kalian ga perlu takut kelaperan. Iya kan?"

"Lo ga ada acara buat bunuh diri kan? Lo rutin minum obat lo kan?" Tanya Brianna yang suaranya mulai bergetar.

Harris mendengus, "percaya atau ga, mungkin sekarang gue lagi bayar karma gue sendiri. Mungkin dibelahan dunia lain, ada orang yang mengemis untuk makan saat pengahasilan gue permenit bisa ngasih makan ribuan atau mungkin jutaan orang. Ga ada alasan buat gue untuk mati. I don't even deserve that. Ini cuma neraka yang musti gue lewati. Gue bahkan ga tau ini nyata atau ga!"

UNNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang