38. Anger

1.7K 227 51
                                    

Saat Sabira membuka matanya, ia menyadari sosok Harris yang tengah menatap kosong wajahnya entah sejak kapan.

"Ehem.."

Harris terlihat menarik nafas nya dalam-dalam sebelum akhirnya ia menjawab dehaman Sabira, "Lo pingsan kemarin, gue ga mau anak gue kenapa-kenapa.."

Entah mengapa ada sedikit rasa kecewa didalam diri Sabira saat mengetahui fakta bahwa Harris menghawatirkan anak yang bahkan belum lahir alih-alih dirinya.

Sabira mengusap-usap perutnya yang kini terlihat makin membesar, "She's fine.."

Harris mengangguk dan berdiri sambil menatap wajah Sabira, "Gue bakal jarang pulang.. Lo ga usah nyariin gue dan fokus aja sama kehamilan lo.. Kartu credit gue bisa lo pake kapan pun, lo ga usah minta persetujuan gue.."

Sabira yang masih memproses kata-kata Harris hanya bisa diam membisu sambil melihat sosok Harris yang berjalan menjauh. Sesampainya di depan pintu kamar, sosok Harris membalikan badan nya dan menatap wajah Sabira.

"Dan gue ga akan nikahin lo.. Lagian, lo sendiri kan yang bilang kalo lo ga mau nikah sama gue? Lo juga gue persilahkan untuk minta perlindungan opung kapan pun lo mau.. Lo ga usah izin sama gue, okay?" Sahut Harris dengan wajah datar namun berhasil membuat hati Sabira terluka.

Setelah mengatakan hal itu, dengan santai Harris berjalan keluar kamar Sabira dan sejak saat itu juga, Sabira tak pernah melihat sosok Harris sampai akhirnya usia kandungan nya menginjak 8 bulan.

*********************************

Nothing lasts forever,
And we both know hearts can change..

And it's hard to hold a candle,
In the cold November rain..

🎶 November Rain - Guns N'Roses

*********************************

Sabira menatap lekat wajah sahabatnya yang baru saja memberitahunya tentang keharusan Sabira melakukan operasi caesar karena penyakit jantung Sabira dianggap terlalu berbahaya untuk bisa melahirkan secara normal.

"Lo bisa mati kalo lo maksa lahiran normal, Bira! Kalo lo lahiran normal itu gambling jatoh nya, iya kalo lo selamet.. Kalo ga?" Kata Aryo ditengah perdebatan itu.

"Gue sehat dan gue ngerasa kuat, Yo! Gue bayar deh berapa pun itu!" Tantang Sabira.

Aryo mendengus, "Yang lo pake kan duit Harris, lagian Harris ga ngizinin lo lahiran normal....."

Aryo lantas memandang wajah Sabira setelah dengan bodoh nya ia menyinggung nama Harris dihadapan Sabira.

Sabira mendengus, "Dia ga ngizinin?! Emang kapan dia punya waktu ngomongin hal ini sama lo?!"

"Errr..... "

"Jawab gue, Aryo! Sebenernya lo itu sahabat gue atau sahabat nya Harris sih?!" Bentak Sabira yang mulai terlihat naik darah.

"Ya lo tenang dulu.. Tadi pagi dia ke apartemen gue buat ngomongin....."

"Apartemen lo?!" Potong Sabira dengan nada tak percaya kearah Aryo.

Sabira melanjutkan, "Dia ga pernah punya waktu buat gue tapi dia bisa dateng ke apartemen lo buat ngomongin kehamilan gue?! Berengsek!"

Aryo terlihat menunduk dan berusaha menghindari tatapan mata Sabira.

"Lo kenapa sih Yo? Gue kira lo ada di pihak gue.."

Aryo masih bergeming dan berusaha menghindari tatapan mata Sabira.

UNNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang