37. Singa Betina

2.1K 234 53
                                    

Langkah kaki Sabira terasa berat saat beberapa orang menjemputnya dari rumah pribadi Harris dan membawa nya ke salah satu gedung pencakar langit termegah di tengah kota Jakarta. Saat Sabira memasuki gedung itu, terdapat tulisan "Adidharmo Tower" berwarna hitam tepat disebelah kiri sebelum pintu masuk. Perut sabira bertambah mulas saat ia membaca tulisan itu. Kedua pria yang menjemputnya, memakai jas rapih bewarna hitam dan mempersilahkan nya untuk masuk ke gedung itu.

Kaki sabira terhenti saat ia melewati lobby yang dindingnya terbuat dari marmer hitam dengan pohon keluarga yang terpampang besar di tengah nya. Nama Harris dan Brianna Brown terpampang jelas disana dengan tinta emas sebagai anak kembar dari Brian Brown dan Agathalia Adhidarmo. Begitupun nama Regulus, Draco dan Julliet Adidharmo yang semuanya ditulis dengan tinta emas. Sabira mungkin mengenal mereka secara kasual namun sekali lagi pohon keluarga itu menyadarkan nya bahwa nyatanya mereka bukan orang sembarangan. Orang tua mereka juga bukan orang sembarangan. Semuanya terpampang jelas di pohon keluarga itu. Pohon keluarga itu juga memberitahu Sabira bahwa keluarga Adidharmo akan diteruskan oleh Regulus dan Draco sebagai pewaris nama Adidharmo yang syah. Sabira melihat sebuah garis yang sudah dipersiapkan dalam pohon keluarga itu untuk siapapun yang menikahi Regulus dan Draco Adidharmo secara resmi. Ia menelan ludah nya sendiri saat membayangkan namanya bersanding dengan nama Harris.

Sabira lalu mendongakan kepalanya dan melihat nama itu ada diurutan paling atas. Liliana Sitompul dan Joko Adidharmo. Orang yang membuat pohon keluarga Adidharmo nampak sangat kokoh dari pohon keluarga mana pun yang ada di negeri ini.

Sabira berdeham dan melirik salah satu dari pria yang menjemputnya tadi, "Ehem.. Liliana Sitompul yang mau ketemu saya kan? Ga salah kan?"

Lelaki itu hanya mengangguk dan tersenyum sambil mengeluarkan gestur agar Sabira mengikuti mereka berdua menuju kesebuah lift. Sesampai nya di lantai 4 Sabira dipersilahkan untuk langsung menuju ke kantor utama, dimana Liliana Sitompul sudah menunggunya.

Saat masuk, Sabira menyadari ruangan itu dipenuhi dengan perabotan kayu yang antik bewarna coklat tua. Semuanya nampak rapih, sangat clasic dan mahal walau tak ada satupun hiasan kristal yang ada disana. Sosok itu berdiri dari kursi kerja nya dan mempersilahkan Sabira untuk duduk di sofa yang ada di tengah ruangan itu.

"Maaf karena saya menganggu waktu mu.. Saya Liliana Sitompul.." Kata wanita tua yang suaranya melengking dingin dan terdengar sangat lantang untuk ukuran wanita tua seumuran nya.

Sabira mengangguk, "Sa.. Saya Sabira.."

Liliana tersenyum dengan sebelah bibirnya, "Sebenarnya waktu ku tak banyak karena masih ada segudang pekerjaan penting. Intinya aku tau semua tentang kau dan Harris. Sangat menarik. Aku juga melihat dari CCTV, kau memperhatikan pohon keluarga Adidharmo cukup lama...."

Liliana menggantungkan suara nya untuk melihat ekspresi Sabira yang kini tengah menelan ludahnya sendiri.

Liliana melanjutkan, "Kau pernah menikah dengan pewaris Jayadiningrat, jadi ku pikir kau mungkin familiar dengan nama-nama yang terpampang di pohon keluarga itu kan? Ibu dari Regulus dan Draco berasal dari keluarga Wijayanto. Keluarga dengan bisnis otomotif terbesar di Asia tenggara dan sebagian Asia timur. Tentu aku tak perlu mejelaskan tentang orang tua Harris dan Brianna.. Kau mungkin bertanya-tanya tentang Ibu dari Julliet yang namanya tidak terpampang di pohon keluarga itu.."

Sepertinya Liliana sudah bisa membaca semua isi kepala Sabira dan Sabira hanya bisa tertunduk tanpa bisa mengatakan apa-apa.

UNNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang